Selasa, 12 Juni 2012

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR


PROPOSAL PENELITIAN KATA MAKIAN  DALAM BAHASA NGALUM KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG, PROPINSI PAPUA, ( OKSIBIL,  KIWIROK, & ABMISIBIL)
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk mengumpulkan kata- kata makian dalam setiap bahasa harus membutukan waktu yang panjang. Selain itu juga, membutukan tenaga, pikiran,dana, dan hal lainya yang dapat diperlukanya. Sehingga menjadi apa yang kita teliti itu dengan sunggu- sunggu tercapai. Namun, untuk mencapai hal diatas harus kerja secara berkolompok dan itu cepat terselesai. Sehingga apa yang saya kejakan ini pun banjak kekurangan untuk dapat melengkapi oleh adik – adik saya dari belangkang. Kekurangan saya dapat dilengkapi, dan kelebihan saya dapat dilestarikan pula.
1.1  Latar Belakang
Objek sasaran Penelitian ini adalah kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua.  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (KBBI) cetakan 3,( hal: 702), kata makian adalah kata (ucapan)  keji (kotor, kasar, dsb) yang diucapkan karena marah; mengelurkan kata keji (kotor, kasar) sebagai pelampihasan kemarahan atau rasa jengkel.  Kata “memaki” berarti mengucapkan kata- kata keji, kotor, kasar, kurang adat untuk menyatakan kemarahan atau kejengkelan.
Pemakaian kata “makian” dapat kita jumpai di mana pun, kapan pun dan oleh siapa pun. Salah satu yang menarik untuk dikaji adalah kata makian oleh pengguna bahasa (masyarakat) seperti; masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua. Karena tergolong memiliki tingkat emosional yang relatif masih labil, tentang pemakaian kata makian yang ada di daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua (Oksibil, Abmisibil, Kiwirok).
Pengumpulan data dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu metode simak, wawancara, dan teknik catat, dan metode survei dengan teknik penyebaran kuesioner. Data dianalisis untuk mengungkapkan pemakaian kata makian, menyangkut aspek bentuk, referensi, karakteristik makian masyarakat dan mengacu pada teori komponen tutur SPEAKING, dan pengaruh sosiokultural yang ada dalam pemakaian kata makian masyarakat Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, melalui pendekatan terutama analisis kompetensi komunikasi.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian kata makian tidak hanya digunakan pada saat marah. Tetapi dari keseluruhan jumlah data menyatakan makian juga digunakan pada situasi santai atau akrab. Selain itu juga, kata makian bertujuan untuk menghina, meremehkan, mengungkapkan kekecewaan, kekaguman/keheranan, dan pujian.
Adapun bentuk kata makian yang ditemukan, yakni makian berbentuk kata dan frasa. Sedangkan kata makian dapat menunjuk pada benda, binatang, kekerabatan, makhluk halus, organ tubuh, aktivitas, pekerjaan, diskriminasi, jenis kelamin, keadaan, dan usia.
Dengan demikian, disini akan mengupas tentang kata “makian” dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, yang terdiri dari tiga Distrik (Oksibil, Kiwirok, dan Abmisibil).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam poin 1.1, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bentuk kata atau frase makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua ( Oksibil, Kiwirok, & Abmisibil) sebagai berikut:
 1.2.1 Apa saja jenis kata makian dalam bahasa Ngalum (Oksibil, Kiwirok, & Abmisibil) berdasarkan refrenya?
1.2.3 Apa saja fungsi makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Binang Propinsi Papua (Oksibil, Abmisibil, Kiwirok)?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini adalah mendeskripsikan kata- kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua berdasarkan jenis bentuknya. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.3. 1 Mendeskripsikan berbagai jenis kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, dari tiga Distrik.
1.3.2 Mendeskrifsikan jenis kata makian dalam bahasa Ngalum dan akan translet ke dalam bahasa Indonesia.

1. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian dalam kata makian bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, (Oksibil, Kiwirok, & Abmisibil). Manfaat penelitian ada dua jenis yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
a.       Manfaat Teoritis.
Manfaat secara teori sebagai pembeda makna kata makian mana yang cocok dapat di ungkapkan dalam konteks SPEAKING yang bersifat fositif.
b.      Manfaat Praktis
1.       Klasifikasikan berbagai jenis kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua ini,  untuk dapat diperjelas secara menyeluru.
2.        Fungsi dari berbagai jenis kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua untuk lebih jelas maksud/ makan dan tujuan ucapan dalam konteks SPEKING.
1. 2 Tinjaun Pustaka
2.2. 1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang bahasa daerah telah banyak dilakukan. Penelitian – penelitian tersebut memiliki peranan yang sangat besar terhadap penelitian tersebut. Penelitian ini dapat dilakukan pula oleh mahasiswa maupun dosen. Penelitian- penelitian yang dapat dilakukan itu dapat pula membantu arahan untuk peneliti berikutnya dalam mengkaji bahasa- bahasa yang ada di nusantara ini. Dengan demikian, penelitian ini meneliti tentang kata “Makian” dalam Bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua yang terdiri dari Distrik Oksibil,  Distrik Kiwirok, dan Distrik  Abmisibil.
            Secara umum setiap bahasa daerah di nusantara ini ada yang dikaji dan sebagian besar bahasa daerah belum dikaji secara menyeluru. Hal ini menunjukan bahwa bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua dalam kata makian belum ada yang meniliti sampai sekarang ini.
2.2.2 Tinjauan Pustaka Yang Relevan
DR. I.praptomo Baryadi(1983) pernah melakukan penelitian mengenai umpatan. Dalam artikelnya, kata – kata pisuhan atau kata – kata makian dalam bahasa Jawa. Di sini bahas mengenai tiga hal yaitu, (1) ciri – ciri kata makian dalam hubungannya dengan kata – kata efektif dalam bahasa Jawa, (2) satuan lingual yang bisa digunakan untuk memaki, dan (3) jenis – jenis kata pisuhan dalam bahasa Jawa.
Menurut Oktovianny dkk(2004: 2) secara historis bahasa palembang  merupakan salah satu dialek bahasa melayu. Bentuk dan struktur sebagian besar mempunya kemiripan dengan dialek –dialek melayu. Hanya saja, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas bahasa melayu palembang. Ciri khas yang dimaksudkan adalah teletak pada vokal /  / pada akhir kata yang berkorespendensi dengan vokal /a/ dalam bahasa indonesia, misalnya kata apo  dalam bahasa melayu palembang sama atau sepandan dengan kata apa dalam bahasa Indonesia.
Dalam naskah Kamus Besar Palembang Indonesia A-K(2003: 47 ) carut  merupakan kata kerja yang bermakna mengumpat. Bercarut berarti mengucapkan kata – kata yang tidak tidak sopan. Bentuk – bentuk makian dalam sarana bahasa yang dibutuhkan oleh para penutur untuk mengekspresikan ketidaksengajaan dan kesengajaan karena berbagai fenomenan yang menimbulkan perasaan seperti itu, (Wijana & Rohmadi, 2006: 125). Menurutnya, secara formal bentuk – bentuk makian yang menempati klausa bukan inti, tetapi ada yang berwujud kata (monomorfemik atau polimorfemik), frasa dan klausa yang secara kategorial dapat berjenis ejektiva, nomina, dan interjeksi. Berdasrkan hal diatas sangat jelas untuk memahami kata makian menurut klausanya.
DR.I .Praptomo Baryadi(200) dalam dasar- dasar analisis wacana dalam ilmu bahasanya, perihal wacana dan konteks apa yang perna Hymes kemukan, yakni SPEAKING. Tetapi peneliti di sini tidak menjabarkan secara terperinci 8 perihal speaking dalam kontek wacana. Untuk lebih memahami hal ini, Baryadi juga menyatakan (2002: 40) dari 8 delapan butir konteks tersebut sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis yaitu pembicara, isi bicara, dan mitra bicara. Begitu pula makian juga membutuhkan tiga hal setidaknya tiga butir konteks yang mendasar meskipun makian dipandang sebagai disfungsi bahasa.
3. 1 Landasan Teori
DR. I.praptomo Baryadi(1983) pernah melakukan penelitian mengenai umpatan. Dalam artikelnya, kata – kata pisuhan atau kata – kata makian dalam bahasa Jawa. Di sini bahas mengenai tiga hal yaitu, (1) ciri – ciri kata makian dalam hubungannya dengan kata – kata efektif dalam bahasa Jawa, (2) satuan lingual yang bisa digunakan untuk memaki, dan (3) jenis – jenis kata pisuhan dalam bahasa Jawa.
DR.I .Praptomo Baryadi(200) dalam dasar- dasar analisis wacana dalam ilmu bahasanya, perihal wacana dan konteks apa yang perna Hymes kemukan, yakni SPEAKING. Tetapi peneliti di sini tidak menjabarkan secara terperinci 8 perihal speaking dalam kontek wacana. Untuk lebih memahami hal ini, Baryadi juga menyatakan (2002: 40) dari 8 delapan butir konteks tersebut sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis yaitu pembicara, isi bicara, dan mitra bicara. Begitu pula makian juga membutuhkan tiga hal setidaknya tiga butir konteks yang mendasar meskipun makian dipandang sebagai disfungsi bahasa.
Skripsi yang berdul “ kata- kata umpatan bahasa Jawa: tinjauan Pragmatik dan Semantik, karya Mujiwati, (1999) juga membahasa umpatan yang sering digunakan dalam bahasa Jawa. Dalam kripsinya ini, ia berhasil mengumpulkan sebanyak 27 kata umpatan yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa di Muntilan, mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis kata umpatan tersebut dalam tiga jenis yaitu, berdasarkan relasi makna, berdasrkan maksud penutur kepada lawan pentur/ lawan bicara berdasarkan suasana hati yang timbul akibat penggunaan kata  umpatan bahasa jawa.
Kedua penelitian di atas dapat memberikan kontribusi atau memberikan konfirmasi bahwa penelitian terhadap kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, kususnya mengkaji “ apa saja jenis kata makian dalam bahasa Ngalum berdasarkan bentuk, refrensi, dalam konteks sosiokulturnya merupakan hal yang baru. Sejauh pengamatan peneliti mengenai kata makian dalam bahasa ngalum secara khusus belum ada atau belum dijumapai secara bentuk tulisan.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada tiga metode yaitu (1) pengumpulan data, (2) analisis data, dan (3) penyajian hasil analisis data. Berikut akan di uraikan masing-  masing tahap dalam penelitian ini
3.2.1 Pengertian Kata Makian (Kata Lesuh)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (KBBI) cetakan 3,( hal: 702), kata makian adalah kata (ucapan)  keji (kotor, kasar, dsb) yang diucapkan karena marah; mengelurkan kata keji (kotor, kasar) sebagai pelampihasan kemarahan atau rasa jengkel.  Kata memaki berarti mengucapkan kata- kata keji, kotor, kasar, kurang adat untuk menyatakan kemarahan atau kejengkelan. Oleh karena itu, peneliti meyimpulkan bahwa kata makian merupakan suatu kata yang diucapkan oleh manusia karena marah, menyatakan kemarahan atau kejengkelan dilampiaskan kepada lawan penutur. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada tiga metode yaitu (1) pengumpulan data, (2) analisis data, dan (3) penyajian hasil analisis data. Berikut akan di uraikan masing-  masing tahap dalam penelitian ini
3.    2. 1 Metode Pengumpulan Data.
 Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskritif, yaitu metode yang mendeskripsikan jenis- jenis kata makian menurut refren dalam bahasa Ngalum dari tiga Distrik. Pengumpulan data melalui teknik catatat( kuisenor) dan menjimak. Teknik catatat adalah teknik menjaring data dengan mencatatat hasil penyimakan data pada kartu data. Prinsif yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsif transkritif, yaitu membedakan bunyi yang diucapkan.
3.2.2 Metode Analisis Data
Setelah pengumpulan data, selanjudnya adala analisis data. Metode analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data yang terkumpul dari hasil pembagian kuisener.
4.2. 3 Metode Penyajian Hasil Analisis
Penyajain hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan metode informal. Metode formal adalah metode yang dapat digunakan dengan kata – kata biasa yaitu kata – kata yang bersifat makian dan bukan kata yang bersifat positif atau nonmakian.
3.3 Sisitematika Penyajian
Dalam laporan penelitian ini peneliti merangkum semua latar belakang, tinjauan pustaka, landasan teori,  metode penelitian dan sistematika penelitian.  Latar belakang mengisi tentang mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah- masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan diadaka penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan  manfaat yang bisa diambil dari  hasil penelitian ini. Tinjauan pistaka mengemukakan pustaka yang pernah ada atau perna membahas tetang kata makian dalam bahasa. Landasan teori menyampaikan teori apa yang dugunakan dalam penelitian ini.  Metode penelitian dirincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data,dan teknik penyampaian analisis data dalam penelitian ini. sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penyampaian hasil penelitian dala proposal ini. Dalam bab II membahas tentang kata makian dalam penelitian ini atau membahas tetntang jenis- jenis kata makian dalam bahasa Ngalum berdasarkan refrennya.
BAB 2
PEMBAHASAN MASALAH
1.1  .pengertian Kata Makian menurut Bahasa Ngalum
Kata makian dalam bahasa Ngalum  yaitu wengtorki. Weng artinya, bahasa, dan  torki yang artinya “tidak baik, tidak sopan”. Kedua kata di atas kalau dilekatkan menjadi wengtorki maka, maknanya pun akan berbeda, yaitu, bahasa yang tidak sopan (ucapan yang melecekan penutur lawan bicara, keluarkan kata keji, karena akrab, karena, keheranan, dsb). Ada  pun dari kata lain yaitu weng isomki, weng daloki, yang artinya “bahasa yang besar”. Bahasa  yang besar maksudnya kata yang keluarkan oleh penutur itu kata yang punya makna yang penunjuknya membahayakan sesorang. Pengertian secara harafiah dalam bahasa Ngalum kata makian adalah wengtorki yang artinya kata makian atau kata lesuhan yang bersifat negatif mau pun bersifat positif. Untuk lebih jelas dan untuk dapat mudah paham mengenai kata- kata makian dalam bahasa Ngalum akan di bagi seperti berikut ini.
1   2. Jenis –Jenis Kata Makian

Di sini akan jabarkan beberapa kata makian dalam bahasa Ngalum bersifat umum. Kata makian dalam bahasa Ngalum yang bersifat umum yaitu, ngorki, ngorkur, ngorkaer, ngornederepki, ngornederepkur, ngordermin, dan iknisikin. Sebenarnya, banyak kata makian yang bersifat umum dalam bahasa Ngalum. Misalnya, kata “ ngorki” kata dasarnya ngor, yang artinya, keras, tidak mudah patah. Sedangkan ki menunjukan satuan atau suatu benda yang tunggal. Kalau kedua kata itu melekat menjadi satu kata, menjadi ngorki  maka, makna akan berbeda, tetapi ada hubungan kedekatanya. Jadi kata ngorki penunjuk pada anggota badan yang secara harapiah dalam bahasa ngalum adalah umurnya sudah tua, badanya kurang sehat, dsb.
 Namun peneliti hanya membahas jenis kata makian dan bedasarkan pada refrennya. Jenis- jenis kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegununangan Bintang, Propinsi Papua yang terdiri dari tiga Distrik. Kata makian yang akan terurai berdasarkan pada tabel berikut adalah kata keji penunjuk organ tubuh manusia.


@                                                                                   @ntonius Ningmabin
No
Jenis kata makian berdasarkan refrenya
Oksibil, Kiwirok dan Abmisibil
Makna
I.
Kata makian yang penunjuk pada anggota tubuh
Ngorki

 Kata ngorki petunjuk jenis kelamin yang artinya kamu sudah tua (laki- laki). Misalnya, seseorang badanya kecil tapi umurnya sudah lebih tua. Namun dalam kenyataanya masih seperti anak mudah.
Ngorkur ,
Penunjuk jenis kelamin perempuan (karena marah). Karena badanya kecil dan umurnya sudah tua, tetapi masih seperti anak mudah
Ngorderepki
Kata Ngornederepki menunjuk pada satu orang,  beda (mati & hidup). Ngornerepki mengacu pada hal yang tunggal
Ngormin o
Penunjuk benda yang lama, keras dsb. Misalnya, tumpe a ngormina ema nek? Artinya; batu  merupakan benda yang keras. Berarti bukan penunjuk beda yangmati saja, tetapi juga mengacu pada benda hidup pala. Katakanlah, kulit babi yang keras. Ye, kang kala peka dito ngormin o; yang artinya, kulit babi ini keras, dsb.
jamdangki,
Jamdangki artinya penunjuk anggota badan yang kurus. Misalnya, dalam sebuah kalimat: Charles Jamdangki pea. Artinya, keadaan atau tubuh Charles kurus, maka penutur akan mengatakan demikian.
Kutudo /baerdo
Kutudo/ baerdo artinya, makian penunjuk keadaan manusia,apakah ia sehat, bagus, orangnya sifatnya baik dsb. Mislanya, kalimat berikut ini: Anon baer do pekaeya” anjing ini tidak ada muka
 Kamotala
Kamotala, artinya muka jelek, mukanya murkah karena marah, tidak ganteng. Misalnya, pada saat seseorang marah, mukanya akan kejam dan memerah hingga orang lain akan takut padanya.
Abolbelak
Abolbelak, arnya kepla pelat
 Kum  simit
Leher panjang
Ibilkal  dalo  
Testas besar
Sirwalop
Mata besar, mata melotot, mata kelelawar, ...dsb
 Misol  usip
Idung kotor...dsb
Misol belak   
Idung pelat, idung pesek, dsb
Olkumdul dalo
Perut besar, perut buncit, perempuan itu mau melahirkan....dsb
Metnalkulol  dalo
Tulang rusuk besar...seperti...dsb
 Bon dalo  
Mulut besar, seperti....dsb
Ango  merep
Rahang miring,
 Sir dalo
Mata besar, mata keranjang, mata kelelawar, dsb
Kapding  merep
Tulang kering yang miring, kaki miring,
 Makbelak
 Kata makian penunjuk bagian tulang belakang yang besar.
Apol  dalo
Kepala besar,
Usipki
Tidak tahu mandi, tidak bersikan diri, dsb
 Olkut merep
Pantat miring, dsb
 Etul  tala,
Tangan tidak baik 2/ tangan kotor/
Ningil belak
Gigi besar, gigi ompomg, dsb
 Jondal  dalo dll.
Kaki besar seperti...dsb
Abol tala
Rambut kotor, rambut tidak baik, rambutnya jelek
Bonkamil dalo
Kumis tebal
Misol puk
Idung kering

Contoh dalam kalimat:
1.      Seketika Dedi marah dengan temannya (Egi) dan ia ungkapkan , Egi abol dal,  ne siwola te? artinya Egi kepala besar, mana uang saya?
2.      Misalkan, ibu mengatakan kepada anaknya untuk mengambil air minu: ngorki wan ok ma buro abe  yang artinya, kamu mengambil air minum, bawa kesini.
3.      Ada yang biasa mengatakan, kulol merep. (kaki niring), Ini artinya ucapan kata makian, tetapi tidak bermaksud untuk memarahinya. Tetapi ucapan ini merupakan ucapan yang mengacu atau penunjuk pada benda (organ tubuh) mansuia.
Dari contoh 1, 2, 3 di atas merupakan ungkapkan dengan kata – kata makian. Tetapi ungkapan kata makian itu, tidak melecekan kepada lawan bicara. Misalnya, (1) Egi abol dalo = Egi kepala besar: padahal kata abol dalo itu sebagai salah satu kata makian penunjuk organ tubuh manusia. Beda lagi dengan contoh  (4) dan (5) berikut:
4.      Si A berkata kepada si B: sepa ne bonenga werkoserepki nek ? artinya, Anjing ini yang curi makanan saya?  Lalu si B berkata, doye, nan nekel doki.
5.      Saya berkata kepada saudara saya sendiri “ misol tala okwaning o” artinya, idung pesek persisi kaya ikan.
Dari contoh 4, dan 5 merupakan tuturan yang paling melecekan orang lain atau lawan bicara. Misalkan kata misol tala okwaning o” bahwa saudara saya itu idungnya pelat, pesek persis kaya ikan. Sementara (4) anjing kamu yang ambil makanan saya tadi? Kata anjing sebagai kata (ucapan) marah. Bahwa kamu itu seperti anjing.
1.3  Jenis- Jenis Kata Makian  Berdasarkan Refren
1.1  Kata Makian berdasarkan Binatang
Ø   Anon tepki kae a: artinya kamu itu kaya anjing, kamu persis seperti anjung
Ø   Kang sira tepki kae a: artinya, kamu itu kaya babi, kamu persis seperti babi, dsb
Ø   Okwaning kamo a tepki kae a: artinya, kamu itu persis kaya ikan
Ø   Sapi kamo kikae a:  muka atau waja sapi atau muka sapi
Ø   Kum simit kera o:  leher panjang kaya kera
Ø   Kum simit awot: artinya, leher panjang kaya ular
1.2  Kata makian penunjuk nama daerah
·         Abol dalo ne abenonga apom tepki kae a: yang artinya kepal besar kaya gunung apom
·         Abol pil dopko po: artinya, kepala tajam kaya gunung Dopkop, dsb
·         Abol wakum: kepala bulat
·         Abol merep: kepala miring
·         Abol kal dalo: kulit kepalanya tebal
1.3  Kata makian jenis penunjuk organ tubuh
Ø   Ngorki: artinya, kamu keras, kami danya keras, (laki- laki)
Ø   Ngorkur : artinya, kamu keras, kamu anjing (perempuan)
Ø   Olkumdul dalo: perut besar, perut buncit
Ø   Abol dalo: kepada besar
Ø   Misol dalo: artinya, hidung besar
Ø   Misol bak: artinya, hidung pesek
Ø   Kulol tala: artinya, kakinya yang kurang normal, dsb
Ø   Etul tala: artinya, tangan yang kotor, tangan tidak baik
Ø   Etul merep: artinya tanggan miring
Ø   Bon belak: artinya mulut besar
Ø   Sir walop: artinya mata besar
Ø   Dip dalo/ dip belak: artinya dada besar
Ø   Kum merep: artinya leher miring
Ø   Ningil dalo: artinya gigi besar
Ø   Sirong jup: artinya teling tuli
Ø   Sir torki: yang artinya mata buta (laki- laki)
Ø   Sir torkur:  yang artinya, mata buta (perempuan)
Ø   Belngal dalo; yang artinya bibir tebal
Ø   Abol deloki: laki- laki yang gundul, atau sebagian rabutnya sudah hilang (sudah botak)
1.4  Kata mamkian penunjuk tumbuhan
Ø  Jopa ngorki: artinya pisangnya kurus
Ø Janggung ngorki: jagung keras, jagunung yang sudah tua
Ø Alopa ngorki: buah ini keras, masih belum matang atau masak.
Ø Dll
1.5  Makian penunjuk Binatang
Ø  Ayam ngorki: ayam ini paling keras
Ø  Kang ngorki: babi yang keras (kulitnya)
Ø  Bebek ngorki: bebek yang keras, sudah tua
Ø  Nal ngorki: burung yang keras
 1.6  Kata Makian penunjuk Manusia secara menyeluru.
Ø  Talaki: yang artinya, laki- laki tidak baik, laki –laki yang sifatnya sangat tidak baik
Ø  Talakur: yang artinya, wanita jelek, wanita yaang sangat tidak baik dalam sifatnya
Ø  Usipki: yang artinya, laki – laki kotor, busuk....dsb
Ø  Usipkur: yang artinya, wanita kotor...dsb
Ø  Ikait torkair: yang artinya mereka tidak baik
Ø  Yup torkair: mereka semuanya sangat tidak baik
Ø  Nupyuma torkair: yang artinya kita semua tidak baik
Ø  Dll.
1.7  Kata keji karena keheranan
§  Kaka puka kitkia uma nek: yang artinya seorang laki- laki itu paling hebat
§  Wangkura puka ua kitkura uma nek: yang artinya, wanita itu hebat dalm....
§  Bapa puka kokioo: yang artinya, Bapak itu, hebat, paling top...dsb
§  Tena kamo tala pa puka uya: yang artinya, anak itu mukanya jelek, tetapi ia genit juga ya?


Tidak ada komentar: