PROPOSAL PENELITIAN KATA MAKIAN
DALAM BAHASA NGALUM KABUPATEN
PEGUNUNGAN BINTANG, PROPINSI PAPUA, ( OKSIBIL, KIWIROK, & ABMISIBIL)
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk
mengumpulkan kata- kata makian dalam setiap bahasa harus membutukan waktu yang
panjang. Selain itu juga, membutukan tenaga, pikiran,dana, dan hal lainya yang
dapat diperlukanya. Sehingga menjadi apa yang kita teliti itu dengan sunggu-
sunggu tercapai. Namun, untuk mencapai hal diatas harus kerja secara
berkolompok dan itu cepat terselesai. Sehingga apa yang saya kejakan ini pun
banjak kekurangan untuk dapat melengkapi oleh adik – adik saya dari belangkang.
Kekurangan saya dapat dilengkapi, dan kelebihan saya dapat dilestarikan pula.
1.1 Latar Belakang
Objek
sasaran Penelitian ini adalah kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(KBBI) cetakan 3,( hal: 702), kata makian adalah kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dsb) yang diucapkan
karena marah; mengelurkan kata keji (kotor, kasar) sebagai pelampihasan
kemarahan atau rasa jengkel. Kata “memaki”
berarti mengucapkan kata- kata keji, kotor, kasar, kurang adat untuk menyatakan
kemarahan atau kejengkelan.
Pemakaian
kata “makian” dapat kita jumpai di mana pun, kapan pun dan oleh siapa pun.
Salah satu yang menarik untuk dikaji adalah kata makian oleh pengguna bahasa
(masyarakat) seperti; masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua.
Karena tergolong memiliki tingkat emosional yang relatif masih labil, tentang
pemakaian kata makian yang ada di daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi
Papua (Oksibil, Abmisibil, Kiwirok).
Pengumpulan
data dilakukan menggunakan tiga metode, yaitu metode simak, wawancara, dan
teknik catat, dan metode survei dengan teknik penyebaran kuesioner. Data
dianalisis untuk mengungkapkan pemakaian kata makian, menyangkut aspek bentuk,
referensi, karakteristik makian masyarakat dan mengacu pada teori komponen
tutur SPEAKING, dan pengaruh sosiokultural
yang ada dalam pemakaian kata makian masyarakat Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, melalui pendekatan
terutama analisis kompetensi komunikasi.
Hasil
analisis penelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian kata makian tidak hanya
digunakan pada saat marah. Tetapi dari keseluruhan jumlah data menyatakan
makian juga digunakan pada situasi santai atau akrab. Selain itu juga, kata
makian bertujuan untuk menghina, meremehkan, mengungkapkan kekecewaan,
kekaguman/keheranan, dan pujian.
Adapun
bentuk kata makian yang ditemukan, yakni makian berbentuk kata dan frasa.
Sedangkan kata makian dapat menunjuk pada benda, binatang, kekerabatan, makhluk
halus, organ tubuh, aktivitas, pekerjaan, diskriminasi, jenis kelamin, keadaan,
dan usia.
Dengan
demikian, disini akan mengupas tentang kata “makian” dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang,
Propinsi Papua, yang terdiri dari tiga Distrik (Oksibil, Kiwirok, dan
Abmisibil).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dalam poin 1.1, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah bentuk kata atau frase makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua ( Oksibil,
Kiwirok, & Abmisibil) sebagai berikut:
1.2.1
Apa saja jenis kata makian dalam bahasa Ngalum
(Oksibil, Kiwirok, & Abmisibil) berdasarkan refrenya?
1.2.3 Apa saja fungsi makian dalam
bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Binang Propinsi Papua (Oksibil, Abmisibil,
Kiwirok)?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara
umum penelitian ini adalah mendeskripsikan kata- kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang,
Propinsi Papua berdasarkan jenis bentuknya. Secara khusus, tujuan penelitian
ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.3. 1 Mendeskripsikan berbagai jenis
kata makian dalam bahasa Ngalum
Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, dari tiga Distrik.
1.3.2 Mendeskrifsikan jenis kata makian
dalam bahasa Ngalum dan akan translet
ke dalam bahasa Indonesia.
1. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat
hasil penelitian dalam kata makian bahasa Ngalum
Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua, (Oksibil, Kiwirok, & Abmisibil). Manfaat penelitian ada dua
jenis yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis
a. Manfaat
Teoritis.
Manfaat secara teori sebagai pembeda
makna kata makian mana yang cocok dapat di ungkapkan dalam konteks SPEAKING
yang bersifat fositif.
b. Manfaat
Praktis
1. Klasifikasikan
berbagai jenis kata makian dalam bahasa Ngalum
Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua ini, untuk dapat diperjelas secara menyeluru.
2. Fungsi dari berbagai jenis kata makian dalam
bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan
Bintang, Propinsi Papua untuk lebih jelas maksud/ makan dan tujuan ucapan dalam
konteks SPEKING.
1.
2 Tinjaun Pustaka
2.2. 1 Penelitian Terdahulu
Penelitian
tentang bahasa daerah telah banyak dilakukan. Penelitian – penelitian tersebut
memiliki peranan yang sangat besar terhadap penelitian tersebut. Penelitian ini
dapat dilakukan pula oleh mahasiswa maupun dosen. Penelitian- penelitian yang
dapat dilakukan itu dapat pula membantu arahan untuk peneliti berikutnya dalam
mengkaji bahasa- bahasa yang ada di nusantara ini. Dengan demikian, penelitian
ini meneliti tentang kata “Makian” dalam Bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan
Bintang, Propinsi Papua yang terdiri dari Distrik Oksibil, Distrik Kiwirok, dan Distrik Abmisibil.
Secara
umum setiap bahasa daerah di nusantara ini ada yang dikaji dan sebagian besar
bahasa daerah belum dikaji secara menyeluru. Hal ini menunjukan bahwa bahasa
Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang, Propinsi Papua dalam kata makian belum ada
yang meniliti sampai sekarang ini.
2.2.2
Tinjauan Pustaka Yang Relevan
DR.
I.praptomo Baryadi(1983) pernah melakukan penelitian mengenai umpatan. Dalam
artikelnya, kata – kata pisuhan atau kata – kata makian dalam bahasa Jawa. Di
sini bahas mengenai tiga hal yaitu, (1) ciri – ciri kata makian dalam
hubungannya dengan kata – kata efektif dalam bahasa Jawa, (2) satuan lingual
yang bisa digunakan untuk memaki, dan (3) jenis – jenis kata pisuhan dalam
bahasa Jawa.
Menurut
Oktovianny dkk(2004: 2) secara historis bahasa palembang merupakan salah satu dialek bahasa melayu.
Bentuk dan struktur sebagian besar mempunya kemiripan dengan dialek –dialek
melayu. Hanya saja, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas bahasa melayu
palembang. Ciri khas yang dimaksudkan adalah teletak pada vokal /
/ pada akhir kata yang berkorespendensi
dengan vokal /a/ dalam bahasa indonesia, misalnya kata apo
dalam bahasa melayu
palembang sama atau sepandan dengan kata apa dalam bahasa Indonesia.
Dalam
naskah Kamus Besar Palembang Indonesia A-K(2003: 47 ) carut merupakan kata kerja
yang bermakna mengumpat. Bercarut berarti mengucapkan kata – kata yang tidak
tidak sopan. Bentuk – bentuk makian dalam sarana bahasa yang dibutuhkan oleh
para penutur untuk mengekspresikan ketidaksengajaan dan kesengajaan karena
berbagai fenomenan yang menimbulkan perasaan seperti itu, (Wijana &
Rohmadi, 2006: 125). Menurutnya, secara formal bentuk – bentuk makian yang
menempati klausa bukan inti, tetapi ada yang berwujud kata (monomorfemik atau
polimorfemik), frasa dan klausa yang secara kategorial dapat berjenis ejektiva,
nomina, dan interjeksi. Berdasrkan hal diatas sangat jelas untuk memahami kata
makian menurut klausanya.
DR.I
.Praptomo Baryadi(200) dalam dasar- dasar
analisis wacana dalam ilmu bahasanya, perihal wacana dan konteks apa yang
perna Hymes kemukan, yakni SPEAKING. Tetapi peneliti di sini tidak menjabarkan
secara terperinci 8 perihal speaking dalam kontek wacana. Untuk lebih memahami
hal ini, Baryadi juga menyatakan (2002: 40) dari 8 delapan butir konteks
tersebut sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis yaitu pembicara, isi
bicara, dan mitra bicara. Begitu pula makian juga membutuhkan tiga hal
setidaknya tiga butir konteks yang mendasar meskipun makian dipandang sebagai
disfungsi bahasa.
3. 1 Landasan Teori
DR.
I.praptomo Baryadi(1983) pernah melakukan penelitian mengenai umpatan. Dalam
artikelnya, kata – kata pisuhan atau kata – kata makian dalam bahasa Jawa. Di
sini bahas mengenai tiga hal yaitu, (1) ciri – ciri kata makian dalam
hubungannya dengan kata – kata efektif dalam bahasa Jawa, (2) satuan lingual
yang bisa digunakan untuk memaki, dan (3) jenis – jenis kata pisuhan dalam
bahasa Jawa.
DR.I
.Praptomo Baryadi(200) dalam dasar- dasar
analisis wacana dalam ilmu bahasanya, perihal wacana dan konteks apa yang
perna Hymes kemukan, yakni SPEAKING. Tetapi peneliti di sini tidak menjabarkan
secara terperinci 8 perihal speaking
dalam kontek wacana. Untuk lebih memahami hal ini, Baryadi juga menyatakan
(2002: 40) dari 8 delapan butir konteks tersebut sebenarnya yang mendasar
hanyalah tiga jenis yaitu pembicara, isi bicara, dan mitra bicara. Begitu pula
makian juga membutuhkan tiga hal setidaknya tiga butir konteks yang mendasar
meskipun makian dipandang sebagai disfungsi bahasa.
Skripsi
yang berdul “ kata- kata umpatan bahasa Jawa: tinjauan Pragmatik dan Semantik,
karya Mujiwati, (1999) juga membahasa umpatan yang sering digunakan dalam
bahasa Jawa. Dalam kripsinya ini, ia berhasil mengumpulkan sebanyak 27 kata
umpatan yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa di Muntilan, mengidentifikasi
dan mendeskripsikan jenis kata umpatan tersebut dalam tiga jenis yaitu,
berdasarkan relasi makna, berdasrkan maksud penutur kepada lawan pentur/ lawan
bicara berdasarkan suasana hati yang timbul akibat penggunaan kata umpatan bahasa jawa.
Kedua
penelitian di atas dapat memberikan kontribusi atau memberikan konfirmasi bahwa
penelitian terhadap kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegunungan
Bintang, kususnya mengkaji “ apa saja jenis kata makian dalam bahasa Ngalum
berdasarkan bentuk, refrensi, dalam konteks sosiokulturnya merupakan hal yang
baru. Sejauh pengamatan peneliti mengenai kata makian dalam bahasa ngalum
secara khusus belum ada atau belum dijumapai secara bentuk tulisan.
3.2. Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada tiga metode yaitu (1)
pengumpulan data, (2) analisis data, dan (3) penyajian hasil analisis data.
Berikut akan di uraikan masing- masing
tahap dalam penelitian ini
3.2.1 Pengertian Kata Makian (Kata Lesuh)
Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (KBBI) cetakan 3,( hal: 702), kata makian adalah
kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dsb)
yang diucapkan karena marah; mengelurkan kata keji (kotor, kasar) sebagai
pelampihasan kemarahan atau rasa jengkel.
Kata memaki berarti
mengucapkan kata- kata keji, kotor, kasar, kurang adat untuk menyatakan
kemarahan atau kejengkelan. Oleh karena itu, peneliti meyimpulkan bahwa kata
makian merupakan suatu kata yang diucapkan oleh manusia karena marah,
menyatakan kemarahan atau kejengkelan dilampiaskan kepada lawan penutur. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ada tiga metode yaitu (1) pengumpulan data, (2)
analisis data, dan (3) penyajian hasil analisis data. Berikut akan di uraikan
masing- masing tahap dalam penelitian
ini
3.
2.
1 Metode Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode deskritif, yaitu metode yang mendeskripsikan jenis- jenis
kata makian menurut refren dalam bahasa
Ngalum dari tiga Distrik. Pengumpulan data melalui teknik catatat(
kuisenor) dan menjimak. Teknik catatat adalah teknik menjaring data dengan
mencatatat hasil penyimakan data pada kartu data. Prinsif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah prinsif transkritif, yaitu membedakan bunyi yang
diucapkan.
3.2.2
Metode Analisis Data
Setelah
pengumpulan data, selanjudnya adala analisis data. Metode analisis data yang
dapat digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data yang terkumpul dari
hasil pembagian kuisener.
4.2. 3 Metode Penyajian Hasil
Analisis
Penyajain
hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode
formal dan metode informal. Metode formal adalah metode yang dapat digunakan
dengan kata – kata biasa yaitu kata – kata yang bersifat makian dan bukan kata
yang bersifat positif atau nonmakian.
3.3 Sisitematika Penyajian
Dalam
laporan penelitian ini peneliti merangkum semua latar belakang, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode
penelitian dan sistematika penelitian. Latar
belakang mengisi tentang mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan
masalah menjelaskan masalah- masalah yang ditemukan dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan diadaka penelitian ini. Manfaat
penelitian memaparkan manfaat yang bisa
diambil dari hasil penelitian ini.
Tinjauan pistaka mengemukakan pustaka yang pernah ada atau perna membahas
tetang kata makian dalam bahasa. Landasan teori menyampaikan teori apa yang
dugunakan dalam penelitian ini. Metode
penelitian dirincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data,dan teknik
penyampaian analisis data dalam penelitian ini. sistematika penyajian
menguraikan urutan hasil penyampaian hasil penelitian dala proposal ini. Dalam
bab II membahas tentang kata makian dalam penelitian ini atau membahas tetntang
jenis- jenis kata makian dalam bahasa Ngalum
berdasarkan refrennya.
BAB 2
PEMBAHASAN
MASALAH
1.1 .pengertian Kata Makian menurut
Bahasa Ngalum
Kata
makian dalam bahasa Ngalum yaitu wengtorki.
Weng artinya, bahasa, dan torki yang artinya “tidak baik, tidak
sopan”. Kedua kata di atas kalau dilekatkan menjadi wengtorki maka, maknanya pun akan berbeda, yaitu, bahasa yang tidak
sopan (ucapan yang melecekan penutur lawan bicara, keluarkan kata keji, karena
akrab, karena, keheranan, dsb). Ada pun
dari kata lain yaitu weng isomki, weng daloki, yang artinya “bahasa yang
besar”. Bahasa yang besar maksudnya kata
yang keluarkan oleh penutur itu kata yang punya makna yang penunjuknya
membahayakan sesorang. Pengertian secara harafiah dalam bahasa Ngalum kata makian adalah wengtorki yang
artinya kata makian atau kata lesuhan yang bersifat negatif mau pun bersifat positif.
Untuk lebih jelas dan untuk dapat mudah paham mengenai kata- kata makian dalam
bahasa Ngalum akan di bagi seperti
berikut ini.
1
2.
Jenis –Jenis Kata Makian
Di
sini akan jabarkan beberapa kata makian dalam bahasa Ngalum bersifat umum. Kata makian dalam bahasa Ngalum yang bersifat
umum yaitu, ngorki, ngorkur, ngorkaer, ngornederepki, ngornederepkur, ngordermin, dan
iknisikin. Sebenarnya, banyak kata makian yang bersifat umum dalam bahasa
Ngalum. Misalnya, kata “ ngorki” kata
dasarnya ngor, yang artinya, keras, tidak mudah patah. Sedangkan ki menunjukan satuan atau suatu benda yang tunggal. Kalau kedua
kata itu melekat menjadi satu kata, menjadi ngorki
maka, makna akan berbeda, tetapi ada
hubungan kedekatanya. Jadi kata ngorki penunjuk
pada anggota badan yang secara harapiah dalam bahasa ngalum adalah umurnya sudah tua, badanya kurang sehat, dsb.
Namun peneliti hanya membahas jenis kata
makian dan bedasarkan pada refrennya. Jenis- jenis kata makian dalam bahasa Ngalum Kabupaten Pegununangan Bintang,
Propinsi Papua yang terdiri dari tiga Distrik. Kata makian yang akan terurai
berdasarkan pada tabel berikut adalah kata keji penunjuk organ tubuh manusia.
No
|
Jenis
kata makian berdasarkan refrenya
|
Oksibil, Kiwirok dan Abmisibil
|
Makna
|
I.
|
Kata
makian yang penunjuk pada anggota tubuh
|
Ngorki
|
Kata ngorki petunjuk jenis kelamin yang artinya kamu sudah tua (laki-
laki). Misalnya, seseorang badanya kecil tapi umurnya sudah lebih tua. Namun
dalam kenyataanya masih seperti anak mudah.
|
Ngorkur
,
|
Penunjuk jenis kelamin perempuan (karena marah). Karena
badanya kecil dan umurnya sudah tua, tetapi masih seperti anak mudah
|
||
Ngorderepki
|
Kata Ngornederepki
menunjuk pada satu orang, beda (mati
& hidup). Ngornerepki mengacu
pada hal yang tunggal
|
||
Ngormin
o
|
Penunjuk benda yang lama, keras dsb. Misalnya, tumpe a ngormina ema nek? Artinya;
batu merupakan benda yang keras.
Berarti bukan penunjuk beda yangmati saja, tetapi juga mengacu pada benda
hidup pala. Katakanlah, kulit babi yang keras. Ye, kang kala peka dito ngormin o; yang artinya, kulit babi ini
keras, dsb.
|
||
jamdangki,
|
Jamdangki
artinya
penunjuk anggota badan yang kurus. Misalnya, dalam sebuah kalimat: Charles Jamdangki pea. Artinya,
keadaan atau tubuh Charles kurus, maka penutur akan mengatakan demikian.
|
||
Kutudo /baerdo
|
Kutudo/
baerdo
artinya, makian penunjuk keadaan manusia,apakah ia sehat, bagus, orangnya
sifatnya baik dsb. Mislanya, kalimat berikut ini: Anon baer do pekaeya” anjing ini tidak ada muka
|
||
Kamotala
|
Kamotala,
artinya
muka jelek, mukanya murkah karena marah, tidak ganteng. Misalnya, pada saat
seseorang marah, mukanya akan kejam dan memerah hingga orang lain akan takut
padanya.
|
||
Abolbelak
|
Abolbelak,
arnya kepla pelat
|
||
Kum simit
|
Leher panjang
|
||
Ibilkal
dalo
|
Testas besar
|
||
Sirwalop
|
Mata besar, mata melotot, mata kelelawar, ...dsb
|
||
Misol usip
|
Idung kotor...dsb
|
||
Misol
belak
|
Idung pelat, idung pesek, dsb
|
||
Olkumdul
dalo
|
Perut besar, perut buncit, perempuan itu mau
melahirkan....dsb
|
||
Metnalkulol
dalo
|
Tulang rusuk besar...seperti...dsb
|
||
Bon dalo
|
Mulut besar, seperti....dsb
|
||
Ango
merep
|
Rahang miring,
|
||
Sir dalo
|
Mata besar, mata keranjang, mata kelelawar, dsb
|
||
Kapding
merep
|
Tulang kering yang miring, kaki miring,
|
||
Makbelak
|
Kata makian
penunjuk bagian tulang belakang yang besar.
|
||
Apol
dalo
|
Kepala besar,
|
||
Usipki
|
Tidak tahu mandi, tidak bersikan diri, dsb
|
||
Olkut merep
|
Pantat miring, dsb
|
||
Etul tala,
|
Tangan tidak baik 2/ tangan kotor/
|
||
Ningil
belak
|
Gigi besar, gigi ompomg, dsb
|
||
Jondal dalo dll.
|
Kaki besar seperti...dsb
|
||
Abol
tala
|
Rambut kotor, rambut tidak baik, rambutnya jelek
|
||
Bonkamil
dalo
|
Kumis tebal
|
||
Misol
puk
|
Idung kering
|
Contoh dalam kalimat:
1.
Seketika Dedi marah dengan temannya
(Egi) dan ia ungkapkan , Egi abol dal, ne
siwola te? artinya Egi kepala besar, mana uang saya?
2. Misalkan,
ibu mengatakan kepada anaknya untuk mengambil air minu: ngorki wan ok ma buro abe yang artinya, kamu mengambil air minum, bawa
kesini.
3. Ada
yang biasa mengatakan, kulol merep.
(kaki niring), Ini artinya ucapan kata makian, tetapi tidak bermaksud untuk
memarahinya. Tetapi ucapan ini merupakan ucapan yang mengacu atau penunjuk pada
benda (organ tubuh) mansuia.
Dari
contoh 1, 2, 3 di atas merupakan ungkapkan dengan kata – kata makian. Tetapi
ungkapan kata makian itu, tidak melecekan kepada lawan bicara. Misalnya, (1) Egi abol dalo = Egi kepala besar:
padahal kata abol dalo itu sebagai
salah satu kata makian penunjuk organ tubuh manusia. Beda lagi dengan
contoh (4) dan (5) berikut:
4. Si
A berkata kepada si B: sepa ne bonenga werkoserepki
nek ? artinya, Anjing ini yang curi makanan saya? Lalu si B berkata, doye, nan nekel doki.
5. Saya
berkata kepada saudara saya sendiri “ misol
tala okwaning o” artinya, idung pesek persisi kaya ikan.
Dari contoh 4, dan 5
merupakan tuturan yang paling melecekan orang lain atau lawan bicara. Misalkan
kata misol tala okwaning o” bahwa
saudara saya itu idungnya pelat, pesek persis kaya ikan. Sementara (4) anjing
kamu yang ambil makanan saya tadi? Kata anjing sebagai kata (ucapan) marah.
Bahwa kamu itu seperti anjing.
1.3
Jenis- Jenis Kata Makian Berdasarkan Refren
1.1 Kata Makian berdasarkan Binatang
Ø Anon tepki kae a:
artinya kamu itu kaya anjing, kamu persis seperti anjung
Ø Kang sira tepki kae a:
artinya, kamu itu kaya babi, kamu persis seperti babi, dsb
Ø Okwaning kamo a tepki kae
a: artinya, kamu itu persis kaya ikan
Ø Sapi kamo kikae a: muka atau waja sapi atau muka sapi
Ø Kum simit kera o: leher panjang kaya kera
Ø Kum simit awot:
artinya, leher panjang kaya ular
1.2
Kata makian penunjuk nama daerah
·
Abol
dalo ne abenonga apom tepki kae a: yang artinya kepal
besar kaya gunung apom
·
Abol
pil dopko po: artinya, kepala tajam kaya gunung
Dopkop, dsb
·
Abol
wakum: kepala bulat
·
Abol
merep: kepala miring
·
Abol
kal dalo: kulit kepalanya tebal
1.3
Kata makian jenis penunjuk organ tubuh
Ø Ngorki:
artinya, kamu keras, kami danya keras, (laki- laki)
Ø Ngorkur
: artinya, kamu keras, kamu anjing (perempuan)
Ø Olkumdul dalo:
perut besar, perut buncit
Ø Abol dalo:
kepada besar
Ø Misol dalo:
artinya, hidung besar
Ø Misol bak:
artinya, hidung pesek
Ø Kulol tala:
artinya, kakinya yang kurang normal, dsb
Ø Etul tala:
artinya, tangan yang kotor, tangan tidak baik
Ø Etul merep:
artinya tanggan miring
Ø Bon belak:
artinya mulut besar
Ø Sir walop:
artinya mata besar
Ø Dip dalo/ dip belak:
artinya dada besar
Ø Kum merep:
artinya leher miring
Ø Ningil dalo:
artinya gigi besar
Ø Sirong jup:
artinya teling tuli
Ø Sir torki:
yang artinya mata buta (laki- laki)
Ø Sir torkur: yang artinya, mata buta (perempuan)
Ø Belngal dalo;
yang artinya bibir tebal
Ø Abol deloki:
laki- laki yang gundul, atau sebagian rabutnya sudah hilang (sudah botak)
1.4
Kata mamkian penunjuk tumbuhan
Ø Jopa
ngorki: artinya pisangnya kurus
Ø Janggung ngorki: jagung
keras, jagunung yang sudah tua
Ø Alopa ngorki:
buah ini keras, masih belum matang atau masak.
Ø Dll
1.5
Makian penunjuk Binatang
Ø Ayam ngorki:
ayam ini paling keras
Ø Kang ngorki:
babi yang keras (kulitnya)
Ø Bebek
ngorki: bebek yang keras, sudah tua
Ø Nal
ngorki: burung yang keras
1.6
Kata Makian penunjuk Manusia secara
menyeluru.
Ø Talaki:
yang artinya, laki- laki tidak baik, laki –laki yang sifatnya sangat tidak baik
Ø Talakur:
yang artinya, wanita jelek, wanita yaang sangat tidak baik dalam sifatnya
Ø Usipki:
yang artinya, laki – laki kotor, busuk....dsb
Ø Usipkur:
yang artinya, wanita kotor...dsb
Ø Ikait
torkair: yang artinya mereka tidak baik
Ø Yup
torkair: mereka semuanya sangat tidak baik
Ø Nupyuma
torkair: yang artinya kita semua tidak baik
Ø Dll.
1.7 Kata keji karena keheranan
§ Kaka puka kitkia uma nek:
yang artinya seorang laki- laki itu paling hebat
§ Wangkura puka ua kitkura uma nek:
yang artinya, wanita itu hebat dalm....
§ Bapa puka kokioo: yang
artinya, Bapak itu, hebat, paling top...dsb
§ Tena kamo tala pa puka uya:
yang artinya, anak itu mukanya jelek, tetapi ia genit juga ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar