“BISA TERJAGA” TETAPI EPENKAH DENGAN BAHASA DAERAH? Pertantanyaan ini sangat betentanangan dengan realitas dalam penggunahan bahasa
daerah di Papua dan lebih khusus di Kabupaten Pegunungan Bintang. Saya abilkan contoh; Di seluruh daerah Jawa
pada umumnya mereka (masyarakat jawa) mengunakan bahasa daerah mereka. Ini hal
yang perluh kita petik dan perluh kita ikuti apa yang mereka lakukan. Bukan
berarti, kita orang pegunungan Bintang dan orang Papua pada umumnya belajar
bahasa jawa. Kita ambil caranya dan terapkan di lingkungan kita masing- masing.
Hal ini guna untuk menjaga identitas orang pegunungan Bintang dan orang papua pada umumnya, inilah nilai
ekstensialnya.
Cobah
saja kita lihat, saat masyarakat jawa menggunakan bahasa Indonesia jam belajar
berlangsung dan mereka menggunakan bahasa Indonesia saat di
acara resmi atau acara lainya. Kalau tidak, mereka menggunakan bahasa daerah
mereka masing- masing. ( ini tidak semuanya, tetapi ada sebagian besar terjadi).
Tetapi lain persoalanya dengan kita, malah kita terbalik. Ada apa ya?, heranya lagi adalah hanya kita tahu bahasa Indonesia dan
bahasa daerahnya kita sendiri tidak tahu. Ini kalau kita renungkan kedalam
maka, bisa dikatakan tidak “logis” dan bisa tertawa
terbahak- bahak. Dengan demikian, ini artinya bahwa kita bisa dianjurkan untuk tahu bahasa daerah kita maisng- masing sambil
dibarengi dengan bahasa lainya yang sering kita gunakan. Memang cecara logis
kita katakana, bahasa daerah sudah miliki sejak kecil, tetapi tidak semuanya.
Masyaarakat mereka tahu bahwa, bahasa itu merupakan salah
– satu identitas suku dan tidak boleh menginjak oleh orang lain. Atau dengan
lain arti bahwa bahasa daerah itu
merupakan hal yang perluh dilestarikan oleh setiap (individu), (pengguna bahasa) atau masyarakat pada umumnya.
Sebab dengan adanya “ dunia modern” ini banyak pengaruh luar yang akan masuk di tengah – tengah kita dan tentu ini menjadi
pengaruh luar biasa dengan bahasa lain.
Lalu
bagimana denga bahasa Ngalum, Bahasa Ketengban, Bahasa Murop & bahasa daerah kabupaten Pegunungan Bintang lainnya?
Apakah ketiga bahasa besar itu selamannya akan utuh seperti dahulu, sekarang?
Ataukah kedepan akan menghilang. Saya berpesan juga pula kepada teman – teman
generasi Pegunungan Bintang dan Papua pada umumnya untuk merefleksikan hal ini.
Karen resepsi saya terhadap bahasa daerah kedepan akan hilang dan lenyap begitu saja,
dalam waktu yang relatif.
Hal
ini pun ada dampak- dampak utamanya yaitu, Pertama,
Salah satu dampak utamanya adalah melalui pernikahan lawan suku. Bukan
berarti melarang dalam menikahnya tidak , tetapi hal yang perluh kita ketahui adalah bahwa apakah buah hati “cintanya” bisa dapat menggunakan bahasa
daerah ayah atau pun bahasa ibu selain bahasa yang sering kita gunakan? Inilah
yang perlu kita perpikirkan dan melakukannya, terutama para orang tua.
Kalau itu buah hatinya bisa menggunakan salah
satu bahasa daerah, baik dari bahasa daerah ayah atau bahasa ibu itu tidak jadi
soal. Tetapi yang lebih fatalnya lagi yaitu, kalau buah hatinya tidak tahu
kedua bahasa itu, hanya ia tahu (menggunakan) bahasa Indonesia inilah tanda- tanda hilangnya bahasa daerah.
Contohnya, seketika ada orang tanya, kamu asli daerah mana dan bahasa ibumu
apa? Kalau pertanyaan semacam ini muncul
dan tidak mejawabnya maka, orang ini atau
anak ini dari mana si? Dan juga pulah yang sudah terjadi, yang sedang terjadi,
dan akan terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar