Selasa, 03 April 2012

APAKAH BAHASA NGALUM, BAHASA KETENGBAN, BAHASA MUROP & BAHASA DAERAH KABUPATEN PEG. BINTANG LAINYA AKAN TERAWAT OLEH GENERASI SEKARANG??



BISA TERJAGA” TETAPI  EPENKAH DENGAN BAHASA DAERAH?  Pertantanyaan ini sangat betentanangan  dengan realitas dalam penggunahan bahasa daerah di Papua dan lebih khusus di Kabupaten Pegunungan Bintang.  Saya abilkan contoh; Di seluruh daerah Jawa pada umumnya mereka (masyarakat jawa) mengunakan bahasa daerah mereka. Ini hal yang perluh kita petik dan perluh kita ikuti apa yang mereka lakukan. Bukan berarti, kita orang pegunungan Bintang dan orang Papua pada umumnya belajar bahasa jawa. Kita ambil caranya dan terapkan di lingkungan kita masing- masing. Hal ini guna untuk menjaga identitas orang pegunungan Bintang dan orang  papua pada umumnya, inilah nilai ekstensialnya.
Cobah saja kita lihat, saat masyarakat jawa menggunakan bahasa Indonesia jam belajar berlangsung dan mereka menggunakan bahasa Indonesia  saat di acara resmi atau acara lainya.  Kalau tidak, mereka menggunakan bahasa daerah mereka masing- masing. ( ini tidak semuanya, tetapi ada sebagian besar terjadi). Tetapi lain persoalanya dengan kita, malah kita terbalik. Ada apa ya?,  heranya lagi  adalah hanya kita tahu bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya kita sendiri tidak tahu. Ini kalau kita renungkan  kedalam maka,  bisa dikatakan tidak “logis” dan bisa tertawa terbahak- bahak. Dengan demikian, ini artinya bahwa kita bisa  dianjurkan untuk  tahu bahasa daerah kita maisng- masing sambil dibarengi dengan bahasa lainya yang sering kita gunakan. Memang cecara logis kita katakana, bahasa daerah sudah miliki sejak kecil, tetapi tidak semuanya.
Masyaarakat  mereka tahu bahwa, bahasa itu merupakan salah – satu identitas suku dan tidak boleh menginjak oleh orang lain. Atau dengan lain arti bahwa bahasa daerah  itu merupakan hal yang perluh dilestarikan oleh setiap (individu),  (pengguna bahasa) atau masyarakat pada umumnya. Sebab dengan adanya “ dunia modern” ini  banyak pengaruh luar yang akan masuk  di tengah – tengah kita dan tentu ini menjadi pengaruh luar biasa dengan bahasa lain.
Lalu bagimana denga bahasa Ngalum, Bahasa Ketengban, Bahasa Murop & bahasa daerah kabupaten Pegunungan Bintang lainnya? Apakah ketiga bahasa besar itu selamannya akan utuh seperti dahulu, sekarang? Ataukah kedepan akan menghilang. Saya berpesan juga pula kepada teman – teman generasi Pegunungan Bintang dan Papua pada umumnya untuk merefleksikan hal ini. Karen resepsi saya terhadap bahasa daerah  kedepan akan hilang dan lenyap begitu saja, dalam waktu yang relatif.
Hal ini pun ada dampak- dampak utamanya yaitu, Pertama, Salah satu dampak utamanya adalah melalui pernikahan lawan suku. Bukan berarti melarang dalam menikahnya tidak , tetapi hal yang perluh kita ketahui  adalah bahwa apakah buah hati  “cintanya” bisa dapat menggunakan bahasa daerah ayah atau pun bahasa ibu selain bahasa yang sering kita gunakan? Inilah yang perlu kita perpikirkan dan melakukannya, terutama para orang tua.
 Kalau itu buah hatinya bisa menggunakan salah satu bahasa daerah, baik dari bahasa daerah ayah atau bahasa ibu itu tidak jadi soal. Tetapi yang lebih fatalnya lagi yaitu, kalau buah hatinya tidak tahu kedua bahasa itu, hanya ia tahu (menggunakan) bahasa Indonesia  inilah tanda- tanda hilangnya bahasa daerah. Contohnya, seketika ada orang tanya, kamu asli daerah mana dan bahasa ibumu apa?  Kalau pertanyaan semacam ini muncul dan tidak  mejawabnya maka, orang ini atau anak ini dari mana si? Dan juga pulah yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, dan akan terjadi.

Tidak ada komentar: