Selasa, 13 Maret 2012

CARA BERBURU MASYRAKAT KABUPATEN PEGUNUNGAN (OKSIBIL)



CARA BERBURU MASYARAKAT
KABUPATEN
PEGUNUNGAN BINTANG,
PAPUA
I.                   PENDAHULAN
 Setelah Ibu Dr.Fr.Tjandrasih (Dosen pengampu mata kuliah Floklor) memberikan tugas membuat sebuah makalah, dan  tugas makalah ini sebagai tugas ujian akhir semester. Oleh karenanya, mau dan tidak saya terpaksa meyusunya. Ternyata, tema yang saya pilih tidak ada refrensi yang khusus dan pas, sehingga  memakan waktu yang panjang (dalam satu semester).  Tema yang saya angkat dan menyusun dalam makalah ini adalah “ bagimana orang Pegunungan Bintang, Papua mencari atau berburu binatang?”
 Memang ada refrensi khusus tentang cara berburu binatang tapi dalam tata cara berburu pasti ada kesamaan dan ada berpedaanya. Namun refrensi yang khusus dalam tata cara burburu masyarakat Kabupaten Pegunugan Bintang belum ada sampai sekarang. Nah, dengan demikian, apa yang di tuangkan dalam bentuk tulisan makalah ini merupakan berdasarkan pada pengalaman yang saya alami dan lalui. Semogah apa yang saya tuangkan ini berguna bagi masyarakat umum, terlebih khusus pelajar dan  bagi mereka yang hobinya berburu.
 Semoggah kekurangan saya ini,  menjadi tugas utama  bagi adik- adiku yang masih dari belakang. Kelebihan saya dilestarikan dan kekurangan saya dilengkapi pula. Semonggah karya ini bermanfaat bagi banyak orang atau masyarakat umum yang diperlukanya.
Tuhan Yesus memberkati…………………………………………
A.  Latar Belakang
Pada umunya setiap suku memiliki cara berburu binatang berdeda- bada. Oleh karenanya, pada tema kali ini coba mengangkat cara beburu binatang masyarakat Kabupeten Pegunungan Bintang, Papua. Khususnya di Kabupaten Pegunungan Bintang, cara berburu binatang agak mirip dengan suku- suku lain yang ada di Papua. Contohnya, cara berburu binatang yang dilakukan oleh masyarakat Merauke agak sama dengan masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang dan masyarakat papua lainya. Hal ini kemungkinan besarnya dengan  adalah berkaitan dengan suku- suku yang ada di Papua merupakan satu nenek moyang ( satu kultur budaya).
Cara berburu binatang yang dilakuakan oleh masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang pada umunya adalah ada dua cara. Cara yang pertama ini berburu  karena berlangsungnya adat, dan yang kedua adalah berburu  karena bukan adat (sekedar). Dari kedua cara ini, cara berburunya ada perbedaan dan ada persamaanya.
Perbedaanya yang pertama adalah berburu binatang karena ada ritual berlangsung. Sementara cara berburu yang bukan adat ini hanya sekedar mau makan saja. Artinya bahwa kapan saja bisa berburu. Selanjudnya, hal lain yang menarik disini adalah bahwa, mereka (masyarakat) Kabupaten Pegunungan Bintang berburu binatang tanpa alat penerang. Mereka berburu binatang andalkan cahaya bulan pada malam hari. Dan yang dua adalah berburu menggunakan alat penerang (senter) sekarang. Dalam pergelaran acara berburu binatang ini masyarakat menggunakan busur dan anak pana. Anak pana ini terdiri dari empat jenis; partama betop, kedua arah, ketiga batol dan ke empat adalah awel.

I.                   PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN BERBURU
Berburu merupakan hal atau kebiasaan manusia mencari atau mengejar binatang dengan cara jituh yang mereka miliki. Dengan cara- cara yang mereka miliki inilah merupakan kebiasaan atau sistem social masyarakat. Pengertian perburu menurut Kamus besar bahasa Indonesia mengejar untuk menangkap binatang di dalam hutan.
B.      ALAT BERBURU
Di daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, untuk berburu binatang ( kuskus pohon) atau bintang lainya, menggunakan senjata tradisional. Senjata tradisional ini adalah busur dan anak pana. Anak pana ini ada berbagai jenis, diantaranya; betop, awel, batol, arah (sebutan dari bahasa Ngalum). Dari ke empat anak panah diatas fungsinya masing- masing.
Betop merupakan salah satu anak panah yang berjenis besar. Anak panah (betop) terbuat dari bambu. Cara membuat anak panah (betop) ini adalah mengambil babu yang sudah tua, lalu kemudian dipotong- potong. Setelah itu, di belah- belah menjadi beberapa bagian kemudian akan dikeringkan diatas atap tungku api. Setelah kering, lalu kemudian akan dibuat menjadi anak panah. Bentuk anak panah ini adalah tidak bulat panjang, tetapi agak tipis dan lebar dan kedua ujungnya tajam. Anak panah ini biasa gunakan untuk membunu babi atau sapi, rusah, dan binatang yang berjenis besar.
Awel ini merupakan salah satu jenis anak pana yang dibuat dari kayu sembarangan.  Bentuk anak panah ini seperti paku seng. Fungsi anak panah ini adalah untuk membunu ular atau cecak, burung, tikus tanah, dan binatang yang berjenis kecil lainya.
Batol merupakan salah satu jenis anak panah yang dibuat dari akar buah pandan atau dengan kayu. Fungsi utama anak panah ini adalah untuk membunu burung, kuskus, tikus tanah, ikan, dan binatang lainya, dan.
Arah merupakan salah satu jenis anak panah yang di buat dari kayu yang khusus. Karena anak pana ini merupakan anak pana yang paling penting dan berbahaya. Anak pana ini pajang dan ada giginya, untuk merobek binatang. Jenis anak pana ini,  paling utama dan peranan penting  dalam berburu atau pun gunakan dalam perang. Dalam fungsinya adalah gunakan untuk membunuh manusia, kuskus, babi, sapi, dan binatang lainya.
C.     CARA BERBURU
Awal sudah katakan bahwa, dalam pemburuan binatang dengan dua cara. Cara yang pertama adalah berburu karena berlangsungnya inisiasi adat.  sedangkan yang kedua adalah berburu karena bukan adat (sekedar). Dari kedua cara ini makna dan fungsinya masing- masing. Tetapi alangkah baiknya mari kita lihat terlebih dahulu apa itu berburu?  Mengapa ada pergelaran acara berburu? Kapan acara berburu digelar? Dimana acara berburu diadakan? Dan apa epek baik- buruknya dalam acara tersebut?
.
D.    BERBURU KARENA INSIASI
Pada dasarnya, berburu kuskus pohon di daerah Pegunungan Bintang tidak sembarang.  Mereka mau berburu kuskus pohon ini, karena berlangsungnya pendewasaan anak laki- laki. Adakan cara pendewasaan anak, maka akan berlangsungnya penggelaran acara berburu.  Bukan hanya itu saja melainkan, berburu karena mau menyembukan orang yang sakit karena ada kaitanya religi tertentu.
Jadi pada intinya adalah bahwa cara berburu kuskus pohon, ini ada maksud tertentu yang berarti bagi masyarakat. Kedua  acara ini harus digelar atau di lakukan bersamaan hingga berakhirnya. Karena kedua acara ini saling mendukung satu sama lainya (ada kaitanya/ hubungan timbale - balik ).
E.     BERBURU BUKAN KARENA INISIASI
Berburu kuskus hanya sekedar (bukan karena adat) ini dalam pencariannya dan untuk mendapatkan bintang ini sangat susah. Dan hal ini kemungkinan besarnya adalah kuskus ini merupakan salah satu binatang  yang berlambang atau simbol dalam  tata cara adat (atangki) masyarakat Kabupaten Pegunugan Bintang. Aratinya kuskus ini sebagai salah – satu binatang yang berarti bagi kehidupan masyarakat Pegunungan Bintang, Papua.  Lalu kemudian, istilah yang biasa di gunakan dalam bahasa ngalum adalah kakaki. kaki artinya symbol keperyaan bagi masyarakat pegungungan bintang dimana mendewasakan anak  anaka  laki- laki sebagai pemegang pondasi atau pengganti Bapak. Oleh karenanya kalau kita cari bintang ini begitu sekedar saja tidak mudah untuk menemukanya.
F.     SEBELUM ACARA MULAI
Sebelum acara berlangsung akan ada pemberitahuan dari kepala - kepala adat untuk  masyarakat yang lainya, bahwa acara berburu binatang akan berlangsung jam sekian. Dan diharapkan masyarakat tidak keluar sembarangan. Ini maksudnya bahwa, untuk menjaga kesehatan mereka. Karena kalau perintah ini melanggar, pasti punya dampak yang membahayakan dalam kesehatan jiwanya. Oleh karena itu, kalau acara tersebut berlangsung, masyarakat tidak berani untuk keluar sembarang. Kalau mereka mau keluar, mereka hanya mau mencari makanan di kebun. 
G.    TEMPAT( LOKASI)
Biasanya kuskus pohon ini binatang yang paling enak kalau dimakan, dari binatang binatang lainya. Biasanya binatang ini hidup di gua- gua atau di pohon- pohon bersar. Seketika ia mau mecari makan, selalu malam hari, sedangkan siang hari ia beristirahat. Kuskus pohon ini masyarakat ngalum biasa disebut kabong (B. Ngalum). Lalu bagimana untuk medapatkan binatang yang enak kalau dimakan ini? Cara mendapatkanya adalah berburu atau mencari menggunakan alat tertentu.
Untuk mencari atau  berburu binatang ini,  kita harus menggunakan peralatan berburuan yang lengkap. Peralatan atau bahan untuk mencari kuskus pohon antara lain: busur dan anak pana, peluru cis, senapan angin, senter, baterai (batere), percis, dan perlengkapan lainnya. Kadang kalah dalam pemburuan binatang ini tidak tentu kita dapat, dan sebaliknya.  Kadang tidak.
Tempat atau lokasi yang kita mau berburu bukan di ladang tau kebun, tetapi kita mencarinya di hutan belantara menggunakan senter atau cahaya bulan. Untuk ketemu binatang ini, tentu punya cara- cara tersendiri, yaitu kita duduk mendengarkan jejaknya ia mencari makan, atau pada saat ia jalan mencari makan lalu kita bisa ketahuinya. Kedua,  kalau  mau ketemu denga cepat, kita harus membawa  anjing. Kalau anjing yang kita bawa ini menggong -gong, maka itu menandakan bahwa ia ada lihat kuskus atau binatang lainya.
Setelah kita ketemu  binatang ini, kita mulai mengancang- ancang untuk membununya. Kalau pake anak pana, tentu akan panjat  pohon  lalu memana atau menembakinya. Kalau menembaki menggunakan senapan angin, hanya tinggal pompa dan menembakinya. Tapi belum tentu kita begitu tembak ia mati, tapi tembak berkali- kali baru ia bisa mati. Namun kita tembak pada sasaranya, maka ia langsung mati. Alat – alat apa sajakah yang biasa digunakan mencari atau berburu kuskus pohon ini? Marilah kita lihat satu- per satu.
H.     Berburu menggunakan bahan tradisional.
Untuk berburu kuskus atau binatang lainya menggunakan alat- alat tradisional. Alat – alat teradisional yang sering digunakan adalah sebagai berikut: anak pana (arah), busur (ebon), dan alat- alat lainya; seperti batol, awel, betop dll.  Alat- alat ini harus disiapkan dalan jumlah yang banyak  khusunya anak pananya.
Adakalah mereka tidak menggunakan alat- alat diatas, hanya mereka membawa anjing dan parang saja.  Kalau ada yang  melihat kuskus pohon hanya mereka tinggal mengusir kearah anjing untuk menangkap atau membununya. Anjing yang mereka bawa itu sudah terlati sejak kecil untuk berburu.

Bukan dengan cara itu saja, melainkan cara lainya adalah jerat. Jerat ini mereka buat diatas pohon- besar, dengan maksud kalau kuskus lewat bisa menyeratnya. Cara lainya lagi adalah  masyarakat pegunungan Bintang sebut adalah tangop.  Tangop artinya, salah satu cara yang dibuat untuk mendapatkan kuskus. Cara ini sangat sederhana, yaitu seketik tempat dimana kuskus lewat itu mereka akan buat semacam pagar, tetapi diatasnya pagar itu, ada potongan kayu. Dan misalnya kuskus lewat, potongan kayu itu jatuh dan menindisnya.
2.2  Berburu menggunakan alat  non- tradisional
Setelah masuknya pengaruh luar di tengah- tengah masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang, sebagaian alat- alat tradisional telah punah.  Dan sekarang mereka berburu kuskus menggunakan senjata cis atau senapan angin. Bahkan alat penerang yang mereka gunakan sekarang adalah senter, bukan lagi merek mencari menggunakan cahaya bulan di malam hari. Tetapi hebatnya adalah bahwa masa dulu mereka menggunakan alat- alat tradisional dan cepat mendapatkan binatang  ini dalam waktu sekejap. Tetapi sekarang kalau mau ketemu binatang ini sangat susah. Tetapi kemungkinan besar, masa dahulu alam juga mendukung maka mereka cepat untuk menemukannya.
Berdasarkan cerita Bapaku, dulu itu kita cari binatang itu mau adakan acara adat lalu kita cari binatang ini. Dan  acara berburu yang kami lakukan duluh itu secara adat katanya. Jadi untuk mendapatkan binatang (kuskus) tidak  lama. Lalu ia pun membandingkan  masa kini dengan masa lalu. Kata Bapaku sekarang kan kamu carinya karena bukan adat, hanya sekedar mau makan saja. Makanya kamu tidak menemukannya, carinya susah lalu dapat hasilnya. Tetapi kami berburu karena mau mengadakan ritual atau mengadakan acara adat.
D.1.1 Berburu Kuskus  Bukan Karena Berlangsungnya Adat
Berburu yang digelar bukan karena adat ini kapan saja bisa. Alat- alat yang mereka gunakan untuk berburu ini diantaranya, senapan angin atau senapan cis, dan senter.  Dan alat- alat inilah yang paling dominan saat ini. Pada saat mereka berburu/ mencarinya, kalau menemukan langsung tembak. Namun  mereka tembak tetapi kadang ia lari dan menghilang begitu saja.
Kuskus yang dapat tembak, tetapi ia tidak mau mati, ini menandakan bahwa kuskus itu belum waktu untuk meninggal. Hal ini masyarakat mereka tahu dan mereka akan kastinggal mencari yang lainya. Dalam pencarian bukan karena adat ini, kadang dapat dan kadang tidak.
1.2  Berburu Tanpa menggunakan Alat Penerang.
Alat penerang yang mereka gunakan pada zaman dahulu  adalah cahaya bulan (malam hari). Artinya bahwa, mereka (masyarakat Pegunungan Bintang) zaman dahulu mereka berburu kuskus ini menggunakan cahaya bulan (sebelum masuknya pengaruh dari luar). Cara berburu ini, mereka akan lihat suaca. Kalau suacanya cerah dan bulan terang, itulah waktu yang pas bagi masyarakat Pegunungan Bintang untuk mencari kuskus pohon.  Kalau mereka ketemu kuskus, mereka harus panjat pohon lalu memana atau membunuhnya menggunakan anak pana.
Lalu bagimana kalau bulan itu macam tidak terang atau sudah tutup dengan awan atau kabut tebal?  Hal ini bukan  menjadi halangan bagi masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang yang tengah mencari kuskus pohon ini.  Tetapi  hal itu menjadi momen yang pas buat mereka duduk dan mereka mendengar jejak kuskus mencari makan. Apabilah mereka mencarinya di daerah yang terjal, tentu mereka meraba menggunakan tongkat kayu. Bukan hanya itu saja, tetapi kalau mereka berburunya di daerah terjal atau jurang mereka akan menggulingkan batu. Kalau batu yang mereka gulingkan itu menghilang tanpa bunyi, itu daerah yang terjal atau daerah jurang.
Kebiasaan ini memang aneh, kalau orang yang baru mendengarkannya. Tetapi saya tegaskan bahwa, sejak pencipta sudah memberikan caranya demikian rupa sehingga sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa puna. Jadi setiap generasi manusia Pegunungan Bintang akan mengalami kebiasan tersebut menjadi bersifat supstansial.
E.1.1  Pengaruh luar terhadap masa kini
Masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang mereka mengatakan “ sekarang ini paling gampang untuk berburu” tapi pada  zaman dahulu serba susah. Itulah gambaran atau dampak yang sedang berkembang di berbagi bidang pada zaman duluh.
Masa kini merupakan, masa dimana serba suver fower di bergai bidang. Dengan serba suver power inilah mengantar kita menuju dunia yang baru. Dangan adanya hal ini,  kita tidak mungkin  kembali ke masa dulu yang serba susah.  Sekarang setiap individu dituntut untuk  berpikir dewasa secara pribadi, kelompok dan dimamna kita berkarya. Hal inipun belum tentu, berkembang begitu saja, melainkan berkembang melalui ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pengaruh yang masuk di setiap daerah, setiap Negara, tentu banyak perubahan yang besar dari semua segi di banding masa dulu. 
Namun di salah- satu sisi, tentunya adalah sebagai tantangan bagi manusia sekarang, dan sebaliknya. Kita tidak bisa menolak pengaruh luar yang masuk dengan begitu cepat dimana kita berada. Tetapi hal yang terpenting menurut saya adalah kita tidak bisa hilangkan apa yang kita miliki sejak bayi, dan kita perluh untuk pelihara apabilah ada hal yang penting. Begitu pula, pengaruh- pengaruh luar yang masuk di tengah- tengah kita, apabilah ada hal yang penting bisa petik dan buanglah hal yang dianggap negative atau merugikan diri, maupun orang banyak.
Di daerah Pegunungan Bintang yang sekarang terjadi adalah mereka tidak mau beruru tanpa ada alat- alat penerang terutama, senter dan senapan angin (cis). Namun anehnya adalah, mereka berburu  menggunakan alat- alat yang lengkap, tidak seperti duluh tapi mereka tidak mendapatkan atau tidak menemukanya bintang tersebut. Dan inilah muncul pertanyaan besar. Hal ini saya sendiri sudah menghalami waktu berburu. Bukan saya saja mengalaminya, tetapi banyak orang mengatakan demikian.
Setelah masuknya pengaruh luar di daerah Pegunungan Bintang mereka sudah tinggalkan kebiasaan yang dulu. Alat- alat tradisional yang dulu mereka gunakan untuk berburu kuskus mereka tinggalkan. Tetapi menurut resepsi saya, hal itu baik dan bisa tidak. Karena semuanya ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu, kita jangan semua kebiasaan dulu dihilangkan. Tetapi juga perluh kita merawatinya dan melestarikan apa yang dianggap baik, dan sebaliknya.

II.                FUNGSI  DALAM ACARA BERBURU
Fungsi utama dalam acara berburu kuskus pohon  adalah untuk mendewasakan anak laki- laki menjadi manusia yang dewasa dalam mentalnya. Fungis yang kedua adalah apabilah ada seseorang sakit, untuk menyebukan orang sakit ini melalui acara berburu. Karena hal ini merupakan suatu kepercayaan atau suatu kebiasaan yang diwariskan secara turun temur. Kepercayaan atau kebiasaan ini masyarakat pegunugan bintang sangat percaya dan selalu diakui oleh setiap kelompok, setiap idnvidu dan masal.
Sestem religi atau system kepercayaan terhadap suatu alaah ini berkakitan dengan Atangki (Allah). Dimana masyarakat Pegunungan Bintang percaya kepada Atangki sebelum masuk ajaran gereja Katolik.  Berburu kuskus ini salah satu cara masyarakat menyembah kepada Atangki dengan maksud “kamulah yang kkuasa” . karena semua yang ada di muka bumi ini engkaulah yang menciptakannya. Engkaulah pelindung kami,
System social masyarakat pegunugan Bintang ada enam tingkat. Enam tingkat ini berdasarkan Adat. Karena di dalam rumah honai (bokam) ada enam tempat yang sudah sah.  Dari ke enam tingkat social ini tidak ada yang kaya, dan tidak ada yang miskin, semuanya sama.  Karena setiap manusia hidup di bumi ini hanya sementara. Hanya sebentar singgah dan sebentar akan pergi untuk selamanya. Oleh karena itu, masyarakat di daerah ini semuanya sama drjat. Tidak ada yang dianggap “ saya saja hebat, sementara yang lainya tidak.
III.             MAKNA DALAM ACARA BERBURU
Makna dalam acara ini paling berarti bagi masyrakat Kabupaten Pegunungan Bintang. Terutama adalah anak – anak atau generasi mudah,  baik wanita maupun pria. Anak yang sudah lalui dalam proses ini cara berpikirnya akan berbeda dengan yang tidak. Bukan hanya cara berpikir saja, tetapi dalam hal apa saja, entah pekerjaanya dia, cara berburunya, cara menanggapi sesuatu denga cepat.  Hal lain lagi adalah bahwa ia akan terjamin dalam kesehatanya, dalam keluarganya, unutk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan rendah hati. Oleh karenanya.
Acara ini kapan saja bisa diadakan. Hanya saja, harus sesuai dengan situasi yang ada di lingkunganya. Apabilah ada yang merasa sakit, atau mau ketempat lain karena ada kegiataan, maka akan ada acara tersebut di mulai. Lalu ada hal yang menarik dari acara ini adalah ibu yang hamil. Apabilah ibu tersebut hamil, lalu kesehatanya terganggu  maka mereka akan gelar acara ini. Hal tersebut sebagai mau menyebukan dalam kesakitan ibu tersebut.
V. KESIMPULAN
Acara pendewasaan anak laki- laki dan penyembuhan orang yang sakit  di daerah Pegunungan Bintang, Papua, akan ada penggelaran acara mencari kuskus pohon. Kuskus pohon ini merupakan salah- satu binatang yang nilainya tinggi. Karena dalam kedua acara ini digambarkan sebagai dua anak kembar yang tidak terpisah- pisah. Apabilah tidak ada kuskus pohon, maka acara pendewasaan anak laki- laki tidak melaksanakanya.
Bahan – bahan atau alat yang mereka gunakan dalam berburu kuskus diantaranya adalah busur dan anak pana. Kedua adalah senter dan senapan cis, percis, baterai, dan peluru cis (sekarang). Untuk menemukan binatang ini harus ada pui- pui secara adat (berlangsungnya adat). Berburu kuskus bukan karena tidak ada pui- pui secara adat, karena hanya berlaku untuk sekedar. Pui- pui dimaksudkan untuk hasil berburunya cepat dapat atau mendapatkan binatang ini dalam waktu yang relative.
Kusku pohon ini mereka hidup di gua- gua dan pohon- pohon besar. Seketika mereka mancari makan, malam hari, sedngkan siang hari merupakan waktu mereka beristirahat. Kuskus pohon ini binatang sejenis kucing atau kelinci yang hidupnya di hutan- hutan belantara. Untuk mendapatkan benatang terbut, kita berburu kemudian mendapatkanya. Berburunya bukan siang hari, tetapi berburu pada malam hari (adakalanya siang).

Sumber:  Anthonius Ningmabin
           












Tidak ada komentar: