Selasa, 13 Maret 2012


Refleksi 15 Tahun pasca Kisah Nyata “catatan seorang dokter dari belantara boven digule & komentar para pakar Indonesia” PapuaSebuah Fakta & Tragedi  Anak Bangsa
Oleh: Dr. Jhon Manangsang.
1.      Saya Akan Pulang
Jhon Manangsang adalah seorang dokter yang berasal dari Batak kelahiran Jayapura, Papua pada Tahun 1962. Cita- cita beliau adalah menjadi Dokter dan mau menyelamatkan umat manusia di pedalaman papua.  Karena cita- citanya adalah dokter, cita- cita  Jhon  pun tercapai. Cita – cita adalah komitmen pribadi yang tidak bisa diganggu - gugat oleh siapa pun maka, dia pun tercapai.
Bukan berdasarkan pada cita- cita saja melainkan, ia terdorong oleh  berbagai peristiwa nyatah yang ia lihat, ia merasahkan, bahkan ia lalui. Peristiwa – peristiwa ini terjadi karena kesengajaan maupun ketidakkesengajaan.  Peristiwa kesengajaan disini adalah peristiwa atau kejadian yang sengaja di buat oleh manusia agar orang lain atau yang bersangkut bisa menderita dan meninggal. Sedangkan peristiwa tidak sengaja adalah peristiwa yang terjadi karena alamiah (penyakit) yang membuat menderita, dan meninggal. Yang akan berfokus pada maslah kesehatan, sosiokultur, ekonomi dan lainya.
2.      Perjalanan Jhon.
Pertanyaan  yang bertama kali muncul dalam benak John adalah bahwa Kenapa orang lain bisa jadi dokter  lalu bagimana dengan saya sendiri?  Pertanyaan itulah yang terdorong dan memacunya.  Pada Tahun 1982 ia tamat SMP Santo Paulus Abepura Jayapura dan ia melanjudkan SMA  YPPK Sentani. Setelah selesai SMA ia berangkat menuju Jakarta untuk tes masuk ke Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia (UI).  
Jayapura ke Jakarta ( Ibu Kota Negara), pake kapal laut. Dalam perjalan Papua ke Jakarta menggunakan  kapal, membutukan waktu satu minggu. Sebelum satu bulan tes masuk, John Manangsang sudah di Jakarta dengan maksud persiapan  untuk tes di  Universitas  Indonesia (UI) yang terkenal itu. Pada saat tes, beliau tidak ragu untuk melaksanakanya. Tetapi pikiran Jhon kalau tidak tembus ini bagimana, apakah pulang atau tunggu tes gelombang kedua.  Sementara biaya untuk tes gelombang kedua tidak ada uang. Dan alternatif terakhir yang Jhon ambil adalah “pulang Kampung”. Tetapi rencana Tuhan adalah lain dari apa yang dia bulatkan. Tiga hari kemudian dengar hasil dan ia pun tembus. Dalam perkulihan dia tidak mengalami kedala apa pun. Dia termasuk anak yang rajin dan serdas dalam hal frofesinya hingga cepat tercelesai tepat pada waktunya. Sesudah dia selasai dalam perkulihannya berliau ditugaskan di Jakarta selatan, namun beliau menolak dengan hormat. Dengan alasan yang kuat atas penlakan itu, bahwa saya mau mengapdi di Tanah kelahiranku yaitu papua.
3.      Menjadi  Dokter & Pulang
Setelah beliau pulang ke jayapura. Beliau di tugaskan di Boven Digule, kecamatan Mandobo (Tanah Merah). Pada saat dua minggu kemudian, surat penugasan telah datang untuk terbang ke Tanah Merah menggunakan pesawat Cesna (AMA). Pagi – pagi ia bangun dan mandi, bersiap –siap menuju hutan belantara papua bersama pohon- pohon rimbah dan semua binatang di belantara samudra.
 Sesudah sampai di Tanah Merah, (mandobo) ia diantar menggunakan Motor Jonson menuju kampung Ampera, Ikisi, Kowo dan jare (arah selatan) yang  terletaknya jahu dari kota kecamatan (Tanah Merah). Karena tidak ada kendaraan Ampera ke Ikisi berjalan kaki,  tempu dalam waktu 2 hari 2 malam. Ikisi ke kowo berjalan kaki hanya tempu dalam waktu 6 jam.  Sesampai di kampung Kowo, dia tidur dengan kepala kampung untuk sementara. Dan hanya tinggal di kampung ini hanya kepala kampung,  dan 8 warga lainya, sementara masyarakat lainya  tinggal di hutan- hutan. Esok harinya John diantar oleh kepala kampung ke rumah sakit atau puskesmas untuk melihat keadaan puskesmas dan fasilitas. Ternya gedung puskesmas ini serba kosong. Baik itu fasilitas maupun gedungnya sebagaian telah rohbo. Dengan keadaan inilah 10 warga termasuk Dr. John bermotifasi.
4.      Kehidupan & Masalah Ekonomi
Walupun kecamatan ini sudah dipengaruhi oleh  Bangsa asing (Belanda) sejak 1920-an dan  sudah merebut papua barat masuk dalam pangkuan ibu  Pertiwi, namun kemajuan dan tercapinya serta perkembangan mereka mamsih tertinggal. Hanya saja, sejak masuknya LSM mereka memberi sedikit terang di berbagai bidang, namun sayang, mereka belum terbekali pengetahun bagimana cara mengelolah sesuatu dengan baik.
Kita tidak mengkosumsi makanan yang seimbang, ini akan menimbulkan berbagai penyakit. Hal inilah yang terjadi di pedalaman papua (Boven Gule) Tanah Merah dan pedalaman Indonesia lainya. Tetapi semuanya itu bukan salah siapa- siapa, namun karena mereka tidak mendapatkan ilmu pengetahuan yang baik. Mereka belum kenal mana makanan yang mengandung gizi, dan mana yang tidak mengandung gizi.
5.      Masalah Kesehatan, Tenaga Medis dan sarana penunjang
Berbagai masalah kesehetan di pedalaman Papua Mandobo, boven Digule.  Dan  bagi mereka (masyarakat) hanya sepele,  tidak peduli, itu yang  hal  biasa- biasa saja, itu hal keci. Yang mereka pikirkan dan mereka  lakukan adalah bagimana keluarga saya bisa dapat makan (ada keterkaitan antra ekonomi).
Kalau  ada yang sakit  atau ada yang  dapat musibah, hanya tinggal tunggu kapan saya akan sembuh dari penderitaan ini dan lalu  kapan saya menghadap Tuhan.  Hal seperti inilah yang dialami oleh masyarakat Boven Digule, Mandobo, (Tanah Merah).  Bukan  karena mereka tidak tahu tetapi,  tidak ada pelayanan kesehatan di daerah ini.  Bukan hanya pelayanan kesehatan saja, tetapi berkaitan dengan berbagai unsur. Seperti sosiokultur. Ekonomi, geografis dan lain- lainya.
Memang ada beberapa (tenaga medis) yang ditugaskan di daerah ini, tetapi mereka tidak mau menjalankan tugasnya. Denga alasan gajinya selalu lambat, masyarakat juga tidak ditempat, medan juga cuku berat dll. Sementara gaji yang mereka terima itu percuma (makan gaji buta).
Tenaga medis, fasilitas pengobatan, kekurangan ekonomi dan berbagai unsur lainya sangat kurang. Factor – factor itulah yang membuat/ memicunya berbagai masalah di pedalaman papua dan pedalaman Indonesia lainya. keadaan ini terjadi di pedalaman papua Tanah Merah, Mandobo sejaka 20-an Tahun zilam. Dan pada akhirnya memakan korban manusia dalam waktu yamg sekejap.
Karena ketidaktahuan ilmu pengetahuan, penyakit yang mereka (masyarakat)  tahu persis adalah TBC, kekurangan gizi,  casing- casing  yang ada di dalam perut manusia,  dan penyakit kulit (kudis). Padahal  dibalik itu,  ada berbagai penyakit  yang mereka menderita, spertinya; hidu mencari makan, gigitan nyamuk buas, dan ditamba lagi tumor ganas dllnya.  Sungguh inilah hal yang paling misterius bagi seorang John yang  baru di tugaskan.
Masyarakat Mandobo pada umumnya cara berpikir mereka kritis, rajin. Kalau mereka dibekali ilmu pengetahuan, mereka lebih baik dari yang lain. Tetapi dengan kekurangan tenaga pendidik, kekurangan sarana dan frasarana yang mendukung dalam pembelajaran membuat mereka putus sekolah, dan memilih hidup berladang.
  Bapak Markus selaku kepala desa, bahwa kami perna sampaikan kepada pihak  Pemerintah mengenai masalah kesehatan yang berhubungan dengan rumah sakit ini. Tetapi tanggapan dari pemerintah belum ada sampai detik ini. Untuk itu fasilitas yang ada hanya gedung kosong. Nah sekarang bapak sudah lihat dengan mata sendiri bahwa gedung ini pun sebagian sudah  rusak dan sekarang tempat yang bagus bagi berbagai jenis binang (sarangnya binatang), tuturnya.
Setelah mendengarkan penjelasan kepala kampung, apa yang dokter John Manangsang lakukan? Untuk menyelaskan hal ini cukup berat baginya hingga iapun hanya telan ludah. Tetapi kegigian seorang John membuat sebagain besar terang,.” Kemewaan bukan halangan bagi “seorang Jhon” dan masyarakatnya Mandobo Tanah Merah, tetapi untuk menyelamatkan umat manusia dari berbagai penyakit harus menjalani apa adanya.

6.      Memberi ilmu- ilmu jitu kepada 5 warga (awal).
Di rumah sakit Mandobo Tanah Merah tidak ada bidan atau mantri membuat John mengajarkan 5 warga desa untuk cara memberikan obat- obat kepada bagi mereka yang sakit. Inilah  alternatif yang Jhon ambil untuk penjelamatan nyawa manusia di Mandobo (Tanah Merah). Mereka diantaranya, bidan Maria, Margareta, dan petronela dan kedua lainya adalah laki- laki yaitu, Yakop dan Alfons sebagai mantri  pribadi Jhon untuk membantu rumah sakit itu.
Tujuh bulan kemudian, Dokter Jhon serta Yakop dan Alfons  berangkat ke kota kecamatan( Tanah Merah) guna mengantar proposal bantuan dana guna melengkapi sarana dan frasarana pengobatan. Tetapi hal ini tadak ada  tanggapan oleh pemerintah daerah. Maka alternative  yang kedua,  Jhon dan masyarakat Mandobo ambil adalah belanja obat- obat untuk melayani masyarakat Mandobo mengggunakan gaji pribadi. Karena pada waktu itu, honorer atau gaji dokter Jhon, agak lumayan. Kedatangan saya bukan hal lain, tetapi saya datang karena utusan “ untuk memberikan terang bagi mereka yang tidak tahu apa- apa ini”.
7.      Membangun mental berpikir ilmiah.
Kepercayaan dan keyakinan masyarakat seperti ini pasti mereka menggunakan ilmu pasti seketika ada peristiwa atau ada sebab- akibat yang terjadi di lingkungannya. Kepercayaan seperti ini memang benar- benar terjadi dan mereka  percaya pada hal – hal buatan orang seketika ada yang meninggal atau ada masalah menimpah mereka (Adat). Padahal itu bukan buatan orang, melainkan mereka menderita, meninggal dan lain- lainya karena penyakit yang membuatnya. Sungguh ini hal yang disayangkan  & karena keterbatasan pengetahun, semua orang akan mengalami hal yang sama pula. Bukan karena mereka bohdo, tidak tahu apa, tetapi yang  mereka tidak mendapatkan bekal ilmu pengetahun yang baik. Itulah yang dialami oleh masyarakat pedalaman papua Tanah Merah Kabupaten Merauke .
8.      Kehaliaan – kehalian masyarakat Mandobo Tanah Merah.
Tetapi hebatnya mereka adalah bahwa, seketika mereka sakit atau ada peristiwa tertentu yang menimpa mereka, pertama- tama mereka berobat ke dukun lalu masalah  ke puskesmas itu hal yang kedua. Hal ini pun masyarakat yang ada di sekitar pedesaan. Belum lagi masyarakat yang tinggalnya jahu dari kota kecamatan. Mengapa mereka melakukan demikian? Hal yang pertama adalah karena tidak ada uang berobat, kedua, mereka tidak terbiasa dengan berobat di rumah sakit (puskesmas), karena medan yang paling berat: naik gunung, lewat jurang, lewat sungai – sungai besar  hingga tidak berpuat apa- apa .
 Jadi mereka akan kaget seketika ada orang mengatakan kamu sakit berarti, mending kamu ke puskemas saja kemudian ambil obat lalu meminumya agar kamu  cepat sembu.  Bukan hanya itu saja, bagi masyarakat  kampung mereka tidak tahu kata “operasi”. Operasi itu kaya apa si? Barulah mereka tahu, bahwa itulah  salah - satu tindakan  penyelamatan.
 Mereka menderita berbagai penyakit, tetapi mereka masih bertahan sampai puluhan Tahun.  Hal ini kerena mereka mengkuncumsi bahan makanan alamiah  lebi banyak terutama daging- dagingan.
 Pada umumnya bagi masyarakat papua, ibu yang mau melahirkan wajib tinggal di befak atau sukam (rumah kecil) kalau tidak  dia ke hutan untuk melahirkannya. Nanti adik atau tetangga yang lain akan membantunya dalam proses kelahiran anaknya. Hal karena tradisi bagi orang papua. Hal ini ada tujuannya yaitu, penyelematan anak laki – laki yang sehat, kedua, untuk tumbuh cepat dan fisiknya kuat.
9.      Menghadapi Berbagai Tantangan (Dr. John M ).
Ternyata setelah kita dapat gelajar Sarjana, dan turun ke lapangan untuk  mengerjakan  sesuatu susah ya?. Apalagi kita kerjanya di daerah pedalman yang serbah kekurangan alat- alat yang menndukung dalam kariernya.  Tetapi  kisah – kisah  itulah membawa berkah  kepada diri – sendiri &  bagi orang lain.
Rasa pahit, gembira, sedih, ngeri,  yang dia alami, dia lihat, dia rasahkan &  ada banyak hal lainya  pedalaman papua adalah kenangan yang indah. Tidak mudah bagi seorang John yang di beri tugas  di Tanah Merah, Mandobo 15 Tahun. Sungguh kekurangan fasilitas  dan kekurangan tenaga mendis untuk menyelamatkan umat manusia di pedalaman papua sangat disayangkan. Keberhasilan menyelamatkan manusia dari penderitaan (berbagai penyakit) tidaklah mudah. Hanya tertolong karena ada pasilitas yang lengkap, membutuhkan tenaga  medis yang banyak, membutukan orang- orang yang professional, menggunakan fasilitas yang lengkap untuk mengatasi semua ini.
Kekurangan fasilitas (obat- obatan) khususnya untuk menyelamatkan manusia, tentu akan bertamba apabilah tidak ditangani secara serius. Hal ini telah sudah terjadi sejak  dahulu di pedalaman papua dan di Indonesia lainya. Seketika dia (Jhon Manangsang) di tugaskan di Merauke, Tanah Merah (Mandobo) mengamati dari berbagai sudut yaitu, dari segi ekonomi, dari segi kesehatan dan dari segi sumber daya manusia.
Berkaitan dengan ekonomi dalam pertumbuhan anak- anak semakin minim (kekurangan gizi). Akibatnya pertumbuhan anak- anak di pedalaman papua dan di pedalaman Indonesia lainya semakin meraja rela. Kekurangan gizi akan berdampak pada pertumbuhan anak itu menjadi kurus, perutnya buncit, kepalanya besar dan kakinya kecil. Pengaruh lingkungan hidup akan menimbulkan berbagai penyakit apabilah tidak di bersikan atau tidak di rawat dengan baik. Pengaruh lingkungan ini akan tibul berbagai masalah kesehatan di antaranya: malaria, TBC, badan akan gatal- gatal yang akan menjadi kudis atau penyakit kulit.
Pengaruh georgrafis (iklim) akan mengakibatkan paru- paru kita akan bocor seketika terjemur di iklim yang dingin dan pada akhirnya timbul juga pulah sesak napas di tamba lagi dengan batuk – batuk. Iklim yang dingin akan menimbulkan tumor ganas yang bentuknya persis kaya anak atau bayi (saluran darah putih tersumbat) akirnya perut akan kembung kaya ibu yang mau melahirkan  dan melekat di kulit dalam (apdomen).
Dari semua penyabaran diatas merupakan hal yang sudah di alami, sudah rasahkan, dan lalui oleh seorang Dokter (Jhon). Sebenarnya hal – hal yang beliau lakukan adalah hal yang tidak bisa kita bayangkan. Dan  salah satuhnya adalah beliau memahat tulang sandi manusia menggunakan pahat yang biasa di gunakan untuk buat rumah. Tidaklah lagi beliau mengeluarkan tumor ganas yang di dalam perut ibu Lusia yang beratnya mencapai 6 kg menggunakan silet yang biasa cukkur rambut, dan paling indah lagi adalah pernah membuat anus buata (Chales) dan akhirnya sekarang anak itu masing terwa di Mandobo. 
Dalam perjalan ke desa- desa terpencil guna memberikan penyuluhan pengobatan di Tanah Merah, Mandobo ini mendan yang cukup berat. Dalam perjalan ke desa- desa terpencil memang susah tapi indah. Indahnya adalah sambil jalan makan daging dan apa yang kita lalui, kita rasahkan, bahkan kita hampir menangis,  itu semua termasuk keindaan.
Tetapi hal yang paling ngeri lagi adalah  kita siap menghapi linta- linta darat yang biasa mengisap darah manusia sampai 0.5mg, dan satu lagi yaitu hati – hati dengan ular bisa. Kita kalau mau jalan ke desa- desa tidak boleh buang darah manusia sembarang tempat, baik itu darah yang keluar karena di gigit linta, atau dalam bentuk lainnya. Kalau kita buang darah sembarang tempat ini akan berbahaya. Kalau kita mau buang darah harus di kali atau sungai.
10.  Mulai belajar budaya mandobo.
Berkenaan dengan jalan dinas ke desa- desa belau mulai belajar budaya mandobo. Pada umumnya masyarakat papua dan pada khususnya masyarakat Mandobo sifat mereka kritis. Mau menyampaikan sesuatu pasti mereka sampaikan secara terbuka, mereka tidak simpan dan tidak terendam. Mereka sangat rajin mengerjakan sesuatu, mereka jago berburu dan lain- lainya. Pada umumnya pekerjaan mereka berkebun (berladang) bepatas, mensogok sagu, membelah ketupat dllnya.
Tempat tinggal mereka adalah ada yang tinggal diatas pohon- pohon besar, dan ada pulah yang mereka tinggal di tanah. Ini bukan menjadi masalah, tetapi yang menjadi masalah disinilah masalah kesehatan. Jadi pada saat dia (John Manangsang) masuk kampung- kampung mereka kaget dengan hal ini. Artinya bahwa setelah memberikan penyuluhan tetang pentingnya kesehatan lalu mereka baru tahu.
Kesimpulan
John adalah seorang Dokter yang di bertugas di pedalaman Papua, Tanah Merah,  Bopen Digule Mandobo. Kegigian dia membuat masyarakat Mandobo pedalaman papua sebagaian besar terang. Kehadiran dia memberikan kesan yang sangat luar biasa kepada masyarakat Mandobo di berbagai bidang.  Dan  Kabupaten Tanah Merah dan masyarakat papua pada umumnya. Karya dari Dr. John Manangsang ini tidak hanya mengandung unsur pengalaman medias saja, tetapi juga mengandung unsur- unsur Sosio cultural, Ekonomi, serta geografis dengan factor – factor lingkungan yang ada di dalamnya.  Oleh karena itu buku ini, suatu kisah nyata “catatan seorang dokter dari belantara Boven Digule”, adalah sangat berharga untuk di baca baik oleh tenaga medis, paramedis, sosiolog, ahli ekonomi yang lainnya tertarik pada keadaan di papua.
Komentar- komentar dari berbagai kalangan khususnya para petinggi Negara Republik indonesia bahwa apa yang disampaikan oleh Dr. John Manangsang dalam bentuk tulisan ini sangat luar biasa. Apa yang dituangkan oleh Dr. Jhon adalah hal yang nyata. Maka untuk mendukung dalam tulisan ini perluh perhatihan khusus atau serius kepada Papua dan Indonesia Timur untuk pembangunannya.




Tidak ada komentar: