Rabu, 06 Maret 2013

PAKAIAN TRADISIONAL KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG KHUSUSNYA WILAYAH PEDALAMAN PAPUA




Sebelum mengenal  era revormasi bagi masyarakat Papua, pakaian tradisional yang sering digunakan atau sering menutub alat kelamin  adalah koteka dan cawat. Koteka adalah pakaian bagi kaum laki- laki dan cawat merupakan pakaian kaum wanita. Kedua pakaian ini merupakan pakaian tradisional  bagi orang Papua. Jika tidak heran, orang Papua biasa mengatakan “anak- anak Papua adalah anak – anak koteka dan cawat”. Rata- rata anak – anak asli Papua mengatakan atau menyebut pernyataan tersebut karena mengingat orang tua mereka dan itu sebagai tradisi yang diwariskan  secara turun temurun semenjak penciptaan. Seketika Anda bertanya apa itu koteka dan cawat? Mereka akan menjawab seperti demikian “ itu adalah pakaian tradisional bagi bangsa Papua”. Jawaban ini tidak salah.
Jika kita mengamati secara keseluruhan tentang bentuk dan jenis kedua pakaian tradisional ini sangat berbeda- beda di setiap suku yang ada di Tanah Papua. Oleh karena itu, objek yang diceritakan ini merupakan koteka dan cawat yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Koteka atau masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang sering disebut Okbul. Okbul yang ada di Pegunungan Bintang tidak beda dengan okbul yang ada di Papua lainya. Hanya saja, bentuk atau jenis okbul itulah yang menjadi letak perbedaanya. Demikian pula cawat atau unom. Cawat atau unom yang ada di Pegunungan Bintang bentuk dan cara menganjamnnya sama, tetapi jenis bahanya beda- beda.
Koteka atau Okbul yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang bentuknya panjang dan tidak terlalu besar. Sementara itu, koteka yang ada di Papua lain  bentuknya besar dan pendek.
Koteka yang ada di Pegunungan Bintang ada dua jenis. Kedua jenis ini adalah koteka berjenis panjang dan berjenis pendek. Berjenis panjang ini fungsinya adalah memakai dan menari tarian adat. Seperti tarian oksang, jimne, bar, jambir. Selanjutnya okbul yang berjenis panjang ini sering disebut sebuah alat perhiasan atau sebuah aksesoris untuk menghias dan menari atau dangsa tari – tarian adat.
Sementara itu, kobul yang berjenis pendek ini fungsinya memakai untuk tinggal, untuk kerja atau untuk melakukan aktivitas sehari – hari.  Jika ditanya ko bisa ya, pake koteka lalu kerja atau jalan ke tempat tetangga atau ke tempat- tempat hiburan? “ ya”.
Demikan pun unom atau cawat. Cawat atau unom yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang ada dua jenis. Kedua jenis tersebut adalah cawat berbentuk panjang dan berbentuk pendek. Fungsi dari kedua pakaian tradisi ini sama, yaitu cawat yang berbentuk panjang memakai dan menari atau berdangsa berbagai tarian adat. Sementara itu, cawat berbentuk pendek ini memakai dan melakukan berbagai aktivitas sehari- hari.
Bahan dari kedua jenis pakaian tradisional ini sering tanam. Okbul atau pakaian untuk laki – laki biasa tanam di tempat yang sering disebut “sikin”. Sikin merupakan sarang semut merah dan atau semut hitam. Karena tanaman ini ia tidak cocok tumbuh di lahan yang basah atau kering. Oleh karena itu, pegunungan Pegunungan Bintang banyak terdapat sarang semut di hutan- hutan belantara.
Sedangkan, tanaman unom atau cawat biasa tanam di tempat- tempat basah. Tetapi kebanyakan tanaman ini biasa tanam di pinggir kolam malam atau di pingir kolam ikan.
Proses pembuatan untuk menjadi pakaian adalah seperti demikian. Setelah mereka menanam biji okbul di tempat atau di sarang semut (sikin), selanjudnya mereka akan rawat sampai tua. setelah tua, tahap berikutnya mereka akan petik dan mulai masak atau kubur di abu api yang panas dan selanjudnya mereka akan keluarkan biji okbul dan akan keringkan diatas bara api atau basin. Lama pengeringannya sekitar satu bulan bahkan dua bulan. Tahap selanjunya, mereka akan gosok menggunakan pisau atau alat tajam lainya. Akhirnya menjadi sebuah pakaian yang siap dipakai untuk menutup alat kelamin atau bahan yang siap dipakai.
Proses yang dilakukan untuk buat cawat atau unom juga seperti demikian. Setelah mereka tanam di pinggir kolam malam atau kolam ikan, selanjudnya mereka akan rawat. Setelah sudah tua, selanjutnya mereka akan cabut dan keringkan di serambi rumah. Jangka waktu pengeringan bahan ini adalah 3 minggu sampai 4 minggu.  Setelah sudah kering, tahap berikutnya adalah proses pembuatan mejadi pakaian yang siap digunakan atau mengenakan.
Proses penjahitan pakaian tradisional ini adalah tali dan unom (cawat). Cara jahitnya sama seperti jahit tikar lokop atau karpet. Proses penjahitan pakaian tradisional sangat gampang dan siapapun bisa jahit.
Makna utama dari kedua pakaian tradisional ini adalah sebagai sibol laki – laki dan wanita. Kedua adalah mengandung ekonomis dimana masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang melakukan insiasi pendewasaan seorang laki- laki untuk masuk dalam tahap pendewasaan. Ketiga mengenal diri bahwa saya adalah orang papua dan itu sebagai aksesoris yang mengandung nilai yang sangat penting bagi seorang laki- laki.